Kelompok Jama‘ah Tabligh dan Islam Jama‘ah itu belum dapat dikategorikan golongan yang sesat, kecuali jika ada hal-hal lain yang mereka lakukan yang berlawanan dengan rukun Islam dan rukun Iman, yang tidak terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. *km) Sumber : Fatwa Tarjih Muhammadiyah 2005
ArticlePDF AvailableAbstractThe Jamaah Tabligh is a very unique group in their da’wah efforts involving each member of the group. This study aims to find out how the cohesiveness of such a group by studying the Jamaah Tabligh in Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. The theory used in this study is the theory of Groupthink by focusing on the concept of cohesiveness. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out using structured interviews on five members of the Tabligh Jamaah and participatory observation. The results showed a high level of individual cohesiveness within the Jamaah Tabligh group measured by four dimensions of cohesiveness including social strength, unity in groups, attractiveness and group collaboration. The cohesiveness was based on the similarity of purpose in da'wah. This cohesiveness has indicated the symptoms of groupthink that appeared in deliberation for decision making in the group. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 258 KOHESIVITAS PADA KELOMPOK JAMAAH TABLIGH Ikbar, Febri Nurrahmi, Hamdani M. Syam Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Syiah Kuala Email Ikbalcayung Abstrak Kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat unik dengan metode dakwah yang mereka lakukan yang melibatkan setiap anggota kelompok tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kohesivitas kelompok pada anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Groupthink dengan menggunakan konsep kohesivitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur terhadap lima orang anggota Jamaah Tabligh dan observasi partisipatif. Hasil penelitian menunjukkan kohesivitas pada kelompok ini tergolong tinggi dilihat dari empat dimensi kohesivitas, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok. Kohesivitas kelompok didasari adanya kesamaan tujuan dalam dakwah. Kohesivitas ini mengindikasikan gejala groupthink yang tampak dalam musyawarah untuk pengambilan keputusan dalam kelompok. Kata Kunci Kelompok, Kohesivitas, Jamaah Tabligh Abstract The Jamaah Tabligh is a very unique group in their da’wah efforts involving each member of the group. This study aims to find out how the cohesiveness of such a group by studying the Jamaah Tabligh in Mesjid Cot Goh, Gampong Lamme Garot, Aceh Besar. The theory used in this study is the theory of Groupthink by focusing on the concept of cohesiveness. This study used a descriptive qualitative method. Data collection techniques were carried out using structured interviews on five members of the Tabligh Jamaah and participatory observation. The results showed a high level of individual cohesiveness within the Jamaah Tabligh group measured by four dimensions of cohesiveness including social strength, unity in groups, attractiveness and group collaboration. The cohesiveness was based on the similarity of purpose in da'wah. This cohesiveness has indicated the symptoms of groupthink that appeared in deliberation for decision making in the group. Keywords Group, Cohesiveness, Jamaah Tabligh Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 259 Pendahuluan Dewasa ini dakwah yang terus berkembang di dalam kehidupan masyarakat menghadirkan berbagai macam metode ijtihad dalam berdakwah yang dipopulerkan oleh banyak kelompok. Salah satunya adalah kelompok Jamaah Tabligh Supriyatno, 2017. Dalam dunia dakwah, Jamaah Tabligh banyak mengalami hambatan dan rintangan yang baik fisik ataupun mental. Di sisi lain, Jamaah Tabligh dipandang negatif karena dianggap melalaikan tugas keluarga. Karena metode dakwahnya yang berbeda dengan kelompok dakwah lainnya, Jamaah Tabligh sering kali dianggap sesat oleh masyarakat awam. Bahkan ada anggota Jamaah Tabligh yang sempat mengalami pengusiran dan ditolak oleh masyarakat Rahman, 2017. Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang berasal dari India. Jamaah Tabligh mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1952, tapi baru mulai berkembang pada tahun 1974 di wilayah Kebon Jeruk, tepatnya di Mesjid Jamik Kebon Jerok Zulfakar dalam Aulia, 2017, p. 27. Jamaah Tabligh telah berkembang di Indonesia yang mempunyai banyak pengikutnya yang tersebar di berbagai kota atau daerah, salah satunya Aceh. Di Aceh, Jamaah Tabligh sudah dikenal sejak tahun 1980. Pada tahun 2000, Montasik ditetapkan sebagai markas besar seluruh Aceh yang amirnya adalah Tengku Raudhi Mahdi dalam AuliaAulia, 2017, p. 28. Saat ini, pusat dakwah Jamaah Tabligh berada di desa Cot Goh yaitu sebuah desa di kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh besar. Hasil penelitian Aulia 2017 pada kelompok Jamaah Tabligh di Cot Goh, Aceh Besar, menunjukkan bahwa aktivitas Jamaah Tabligh tersebut berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadist sehingga tidak terdapat kejanggalan ataupun hal-hal yang melenceng dari ajaran Islam. Di Desa Cot Goh ini, sistem koordinasi Jamaah Tabligh dijalankan untuk seluruh jamaah di Aceh. Pada setiap malam Jumat diadakan pertemuan yang dihadiri oleh anggota Jamaah Tabligh. Pertemuan itu disebut dengan uzlah, yakni pengasingan diri untuk beribadah kepada Allah dan belajar ilmu agama. Pelaksanaan ajaran agama, terutama dalam hal ibadah, sangat ditekankan kepada jamaahnya. Salah satu aktivitas dakwah yang dilakukan oleh jamaah adalah khuruj. Khuruj merupakan aktivitas jamaah yang dilakukan di luar lingkungan aslinya untuk berdakwah dan menebarkan ajaran Islam sebagaimana yang mereka yakini Sadiqin dalam Nisa, Husaini, dan Taher, 2017, p. 67. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 260 Konsep khuruj yang dilakukan bersama-sama menyebabkan tingginya intensitas komunikasi terjalin dan kohesivitas dalam kelompok ini. Muliawan 2013 dalam studinya tentang komunikasi kelompok pada The Jakmania UNJ menemukan bahwa komunikasi yang baik dan intensif yang dilakukan di antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan kohesivitas kelompok. Kohesivitas tersebut terlihat dari kekompakan dan solidaritas yang terjalin di antara para anggota kelompok Muliawan, 2013. Kohesivitas merujuk pada keadaan saling suka dan ketertarikan di kalangan anggota di mana anggota bersatu dan punya keinginan untuk menjaga hubungan yang positif, dan ada perasaan esprit de corps Littlejhon dan Foss, 2016, p. 2009. Ruben dan Stewart 2013 mengatakan bahwa keterpaduan kelompok adalah kesatuan di mana anggota-anggota memperoleh semangat tim dan berkomitmen kepada kesejahteraan kelompok. Kohesi berasal dari sikap, nilai dan pola perilaku kelompok-kelompok di mana anggota-anggotanya saling tertarik dengan sikap, nilai dan perilaku anggota lainnya cenderung dapat dikatakan kohesif West dan Turner, 2008. Dalam konteks ini, kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok dakwah yang di dalam kegiatan dakwah sehari-hari mereka sering terlibat interaksi satu sama lain, seperti khidmat terhadap muslim, makan bersama, belajar bersama, dan ibadah bersama. Hal ini merupakan rasa kebersamaan sekaligus mengindikasikan tingginya kohesivitas dalam kelompok tersebut. Kohesivitas yang tinggi menjadi anteseden groupthink dalam suatu kelompok. Janis 1982 mengatakan bahwa ada tiga kondisi yang mendorong munculnya groupthink, yakni kohesivitas kelompok, faktor struktural, dan tekanan kelompok dalam West dan Turner, 2008. Groupthink menunjukkan suatu metode berpikir sekelompok orang yang kohesif solid untuk mencapai kata mufakat. Fenomena tersebut yang dijelaskan dalam teori groupthink oleh Irving Janis berusaha memaparkan keinginan suatu kelompok untuk mencari persetujuan dan mengambil keputusan yang sering kali mengabaikan pemikiran minoritas dan pandangan dari anggota yang berbeda pendapat demi pengambilan keputusan secara mayoritas Mulyana, 2005. Groupthink merupakan salah satu teori komunikasi yang diasosiasikan dengan dinamika komunikasi kelompok. Teori groupthink mencoba mengemukakan tentang rendahnya kepedulian anggota kelompok untuk menilai ide-ide alternatif dari para anggota selain ide mayoritas West dan Turner, 2008. Kelompok yang sangat kohesif biasanya terlalu banyak menyimpan atau menginvestasikan energi untuk memelihara niat Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 261 Kohesivitas Kelompok Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar Dimensi Kohesivitas • Kekuatan sosial • Kesatuan dalam kelompok • Daya tarik • Kerja sama kelompok baik dalam kelompok sehingga sering mengorbankan proses pembuatan keputusan yang baik Rakhmat, 2015. Dengan kata lain, anggota kelompok sering mengabaikan hal-hal yang ada di pikiran mereka demi menghindari konflik dan menyerahkan semua keputusan pada keinginan mayoritas, meskipun bertentangan. Pada studi ini, peneliti menggunakan teori Groupthink dengan fokus pada konsep kohesivitas sebagai anteseden dalam perilaku kelompok Groupthink. Semakin kuat kohesivitas semakin tinggi kecenderungan munculnya groupthink. Menurut Forsyth 1999, dimensi kohesivitas kelompok adalah kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik dan kerja sama kelompok dalam Syahlendra, 2018. Penelitian tentang Jamah Tabligh sudah dilakukan sebelumnya Hasanah, 2014; Mustofa, 2016; Najmudin, 2015; Rahman, 2017; Sari, 2015; Supriyatno, 2017; Tarmizi., 2016. Sementara itu, penelitian tentang Jamaah Tabligh di Aceh belum banyak dilakukan Aulia, 2017; Nisa et al., 2017. Semua penelitian terdahulu lebih menekankan pada aktivitas dakwah Jamaah Tabligh, serta respons masyarakat terhadap kelompok Jamaah Tabligh. Belum ada penelitian mengenai Jamaah Tabligh yang melihat dinamika komunikasi pada kelompok tersebut. Oleh karena itu, studi ini ingin untuk menggambarkan kohesivitas kelompok yang terjadi pada anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Lamme Garot Aceh Besar. Dengan menggunakan teori groupthink, hasil penelitian ini mampu berkontribusi pada kajian komunikasi kelompok. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 262 Metode Penelitian Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sasaran utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh. Subjek penelitian ini yaitu anggota Jamaah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara semi terstruktur dan observasi partisipan. Menurut Kriyantono 2006 mengatakan, pada teknik semi struktur pewawancara biasanya mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan. Sementara untuk teknik observasi, penelitia melakukan observasi partisipan dalam kategori pasif. Maksudnya peneliti terlibat langsung dalam keseharian objek penelitian yang sedang diamati, akan tetapi peneliti tidak sepenuhnya terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Informan penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih berdasarkan ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel Taher, 2009. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan informan atau subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Anggota yang masih aktif dalam kelompok Jamaah Tabligh Gampong Lamme Garot. 2. Anggota yang pernah mengikuti khuruj selama 3 hari, dengan pertimbangan akan adanya interaksi yang sering bersama ketika khuruj. 3. Anggota Jamaah Tabligh yang sudah bergabung minimal 1 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti mendapatkan lima informan untuk dijadikan subjek penelitian. Tabel 1. Profil Informan Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 263 Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka hasil penelitian dianalisis berdasarkan empat dimensi kohesivitas, yaitu kekuatan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik kelompok, dan kerja sama kelompok. Berikut merupakan deskripsi hasil penelitian berdasarkan keempat dimensi kohesivitas pada kelompok Jamaah Tabligh. Kekuatan Sosial Faktor yang membuat anggota Jamaah Tabligh kohesif adalah dorongan untuk tetap berada dalam kelompoknya. Dorongan yang dimaksud berasal dari diri sendiri dan anggota kelompok yang lainnya. Dorongan ini dapat dirasakan apabila individu memiliki alasan kuat dalam dirinya sendiri untuk berada di kelompok tersebut, sedangkan dorongan yang dihasilkan oleh sesama anggota kelompok dapat dirasakan apabila individu memiliki peran ataupun mendapat penilaian yang baik dan dirasa dapat memberikan efek yang positif pada kelompoknya Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Dorongan-dorongan inilah yang menghasilkan sebuah kekuatan yang dinamakan kekuatan sosial. Pertama, adanya dorongan dari dalam dirinya. Dorongan itu kebanyakan datang dari dalam diri informan dengan tujuan bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh ini untuk meningkatkan iman. “Dorongan saya karna perasaan iman yang naik turun, karna semangat dalam agama harus dimulai dengan iman. Maka salah satunya cara untuk menaikkan iman maka bergabung dengan Jamaah Tabligh. Adalah keinginan untuk mengamalkan agama secara sempurna.” Rahmat Risky, wawancara, 12, Februari 2019 Alasan yang kedua yang disampaikan oleh informan yang membuat solid kelompok ini adalah dorongan berupa apresiasi yang didapat oleh setiap anggota kelompok dalam pembagian peran dan tugas. “Kadang-kadang kita jadi makmum dan kadang kadang kita menjadi amir, ini tidak satu ketentuan karena jamaah ini berjalan menurut hasil musyawarah, kalo kita diputuskan menjadi amir ketua dan kadang kita juga diputuskan untuk jadi anggota.”M. Mukhlis, wawancara, wawancara, 18 Februari, 2018 Kesatuan dalam Kelompok Perasaan saling memiliki terhadap kelompoknya dan memiliki perasaan moral yang berhubungan dengan keanggotaannya dalam kelompok. Setiap individu dalam kelompok merasa kelompok adalah sebuah keluarga, tim dan komunitasnya serta Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 264 memiliki perasaan kebersamaan Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Perasaan saling memiliki dalam kelompok juga disampaikan oleh informan. Informan merasa kelompok Jamaah Tabligh ini merupakan tanggung jawab bersama untuk dijaga. “Saya merasa bahwa saya bertanggung jawab kepada kelompok ini karna mereka adalah keluarga yang dari kelompok ini yang awal mula saya coba berubah untuk ikut andil dalam menyebarkan dakwah.” Teuku Gufran, wawancara, 20 Februari, 2019 Di tahap kekompakan ini, kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat solid dalam berdakwah. Kekompakan ini dapat kita lihat dari cara mereka berdakwah secara berjamaah. Di samping itu, hampir semua kegiatan yang dilakukan kelompok Jamaah Tabligh secara berjamaah, seperti jaulah, musyawarah, makan berjamaah, khidmad, dan identitas mereka menunjukkan kekompakan mereka. Kelompok ini tidak bicara perkara khilafiyah, politik yang dapat memecah belah kelompok dan menjadi beda pandangan dalam berdakwah. Selain itu, kelompok Jamaah Tabligh menjaga anggota mereka dari pembicaraan politik dalam aktivitas dakwah. “Kelompok Jamaah Tabligh ini sangat luar biasa kompaknya karna kelompok ini tidak bicara masalah dunia, jabatan, khilafiyah, perbedaan pendapat. Kita hanya bicara hanya penting iman dan amal saleh, ajak orang untuk taat pada Allah, bicara tentang tauhid, tentang ibadah mengagungkan Allah dan rasulNya, maka tidak lari dari pada itu insyallah kelompok ini kompak sampai hari kiamat.” M. Mukhlis, wawancara, 18 Februari 2018 “Kekompakan yang ada dalam kelompok ini tentu sangat kuat, seperti kita bisa lihat bahwa kelompok ini sangat mengutamakan ukhuwah dan mengutamakan dakwah dengan lemah lembut. Sehingga banyak preman-preman yang taubat sebab dakwah kelompok ini. Kekompakannya seperti ketika berdakwah selalu dimualai dengan musyawarah, kemudian kekompakan dalam kelompok ini adalah khidmad kepada seluruh umat Islam. Kita makan selalu berjamaah dalam satu wadah seperti contoh makan nabi, tahajud bersama, dakwah bersama, dan silaturrahim kepada setiap anggota kelompok lainnya.” Maulidin, wawancara, Maret 2019 Kesatuan dalam kelompok Jamaah Tabligh ini juga sangat kuat. Berdasarkan pengakuan informan, kesatuan dalam kelompok tersebut ditunjukkan dengan loyalitas yang kuat dari anggota kelompok Jamaah Tabligh ini. “Loyalitas kepada kelompok Jamaah Tabligh ini sangat-sangat besar. Bisa dikatakan loyalitas saya dalam kelompok ini bahwasanya tugas saya dalam Jamaah Tabligh ini adalah tugas sampai mati bahkan niat sampai hari kiamat. Bisa dikatakan dakwah maksud hidup, hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati dan mati dalam dakwah itulah maksudnya dalam kelompok Jamaah Tabligh.” T. Armansyah, wawancara, 26 Februari 2019 Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 265 Daya Tarik Individu akan lebih tertarik melihat dari segi kelompok kerjanya sendiri daripada melihat dari anggotanya secara spesifik. Maksudnya di sini adalah individu akan melihat kelompoknya secara luas atau secara general dibandingkan melihat anggota di dalam kelompoknya tersebut secara spesifik. Kelompok dengan tingkat kohesivitas yang tinggi akan lebih mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri dibandingkan dengan ego pribadi ataupun ego anggota kelompoknya secara spesifik Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018. Keluarga bagi kelompok Jamaah Tabligh juga merupakan prioritas, namun mereka juga selalu memberikan pemahaman kepada keluarganya bahwa usaha dakwah ini adalah menuju kebahagiaan yang sejati. Maka dakwah ini berjalan juga bergantung pada iman, jika iman turun maka saat itu semangat dakwah anggota Jamaah Tabligh tersebut lemah. “Kalo masalah ini biasanya ini masalah iman, apabila iman kita meningkat lebih tinggi maka kita tentu akan lebih memilih berdakwah daripada urusan dunia walaupun keluarga. Tapi apabila iman kita melemah acara keluarga kadang-kadang masalah keluarga ini urusan dunia jadi pasti hati kita, bisikan-bisikan banyak pasti kita akan memilih urusan keluarga dahulu, tergantung pada iman nantinya dan apabila urusan keluarga ini harus menaati ibu maka pastilah dahulukan ibu dulu dari pada berdakwah.” T. Armansyah, wawancara, 26 Februari 2019 Ketertarikan anggota Jamaah Tabligh untuk bergabung dalam kelompok ini bukan karena individu. Menurut mereka watak setiap individu itu berbeda-beda, jadi mereka lebih tertarik pada kelompoknya secara luas dan tertarik pada tugas yang ada pada kelompok ini yaitu dakwah. Bagi mereka kelompok Jamaah Tabligh ini yang membuat hidup mereka bahagia. “Saya sangat tertarik pada kelompoknya karna dalam kelompok ini tidak pernah berbicara tentang pangkat jabatan, tidak pernah bicara politik praktis dalam luar negeri, dan aib masyarakat . Kelompok ini lebih fokus pada mewujudkan agama secara sempurna yang telah ditunjukkan oleh rasullah dalam diri pribadi, keluarga dan seluruh umat. Sehingga menyebabkan tidak ada benturan-benturan dengan kelompok mana pun dan organisasi mana pun. Karna yang dibicarakan asas pada agama yaitu kehidupan Nabi Muhammad.” Rahmat Risky, wawancara, 12 Februari 2018 Ketika ada suatu masalah terjadi dalam kelompok, maka anggota kelompok Jamaah Tabligh akan cenderung melihat hal itu pada individu anggotanya. Menurut mereka ketika ada masalah yang ditunjukkan kepada kelompok Jamaah Tabligh ini maka mereka menganggap bahwa dari segi individunya yang perlu dilihat terlebih dahulu. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 266 “Saya lebih melihat kepada individu, begitulah adab-adab usul ataupun aturan yang tidak tertulis. Dan aturan itu sama dengan Jamaah Tabligh seluruh dunia, adapun ketika ada yang salah maka tidak salah aturannya, yang salah bukan kelompoknya karna kelompoknya sudah mengatur sedemikian rupa agar tertib dakwah yang diajarkan oleh Rasulullah itu dijalankan dengan baik. Ketika tidak dijalankan maka bukan tertibnya yang salah tapi anggotanya yang salah karna belum mempraktikkannya dalam usaha dakwah yang dia lakukan.” Rahmat Risky, wawancara,12, Februari 2018 Kerja Sama Kelompok Individu memiliki keinginan yang lebih besar untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. Pada tingkat kohesi yang tinggi, keinginan setiap anggota kelompok untuk bekerja sama dengan sesamanya berada pada tahap yang tinggi pula, tujuan kelompok tersebut menjadi prioritas utama bagi para anggota kelompoknya Forsthy, 1999 dalam Syahlendra, 2018, p. 42. Dalam suatu kelompok yang memiliki kohesivitas yang kuat tentu juga memiliki kerja sama yang solid dalam kelompok tersebut. Bagi mereka kelompok Jamaah Tabligh merupakan kelompok yang sangat kompak dalam usaha dakwah. “Dalam kelompok ini, banyak hal-hal yang dapat meningkatkan keakraban seperti itu, seringnya kita jaulah, lalu seringnya kita iktikaf dan seringnya kita khuruj di situ kita diajarkan bagaimana kita khidmad, kita di situ juga terangkul dengan makan bersama atau disebut tajammu’ dan juga kita di situ tidur sama-sama di mesjid. Karna frekuensi kebersamaan udah sering, sama-sama belajar dan sama-sama iktikaf di mesjid maka hal-hal tersebut yang meningkatkan keakraban dari kita semua.” Teuku Gufran, wawancara, 20 Februari 2019 Berdasarkan analisis terhadap empat dimensi kohesivitas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kohesivitas pada kelompok Jamah Tabligh Mesjid Cot Goh Gampong Lamme Garot Aceh Besar tergolong tinggi. Kohesivitas dilihat dari keakraban dalam kelompok Jamaah Tabligh. Elemen pertama yang menjadi tolok ukur kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh adalah kekuatan sosial. Ketika mereka sudah mengatakan bahwasanya dengan mengikuti kelompok Jamaah Tabligh ini adalah untuk mengamalkan agama secara sempurna, dikarenakan iman yang naik turun tiap harinya maka mereka menjaganya dengan cara bergabung dalam kelompok Jamaah Tabligh agar selalu taat dalam dakwah untuk menjaga iman. Dorongan untuk bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh itu murni datang dari dalam diri setiap anggota untuk memperbaiki kondisi iman yang naik turun. Informan penelitian ini awal mulanya bukan seorang yang taat beragama. Namun setalah bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh maka timbul semangat dalam Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 267 beragama yang menggebu-gebu, itu bisa dilihat dari perubahan cara berpakaiannya yang drastis, kalau sebelum bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh masih memakai kaos dan setelah bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh informan tersebut selalu menggunakan jubah. Tujuan utama mereka bergabung dengan kelompok Jamaah Tabligh ini adalah untuk dakwah agama khususnya bagi dirinya sendiri dan kemudian kepada umat Islam keseluruhan. Dalam setiap dakwah, mereka selalu diingatkan untuk selalu memperbaharui niat karena Allah semata sebagai tujuan dari dakwah yang mereka lakukan. Ketika mereka diberikan tugas oleh amir dakwah ke suatu tempat maka mereka akan mematuhi perintah tersebut. Ketika mereka berdakwah ke suatu daerah yang terpencil maka mereka juga akan diberikan apresiasi berupa pengakuan oleh anggota kelompoknya sebagai pejuang agama Allah yang tangguh. Menurut pengamatan peneliti, anggota-anggota yang bersungguh-sungguh dalam usaha dakwah sangat diapresiasi. Elemen kedua yaitu kesatuan dalam kelompok. Menurut penjelasan dari pada informan, mereka sangat bertanggung jawab dalam amanah menyebarkan dakwah ini. Bahkan kelompok Jamaah Tabligh ini sudah dianggap sebagai keluarga dunia dan akhirat bagi setiap anggota. Kelompok Jamaah Tabligh sangat kompak dan terhindar dari perbedaan pendapat antar sesama anggotanya dikarenakan dalam kelompok Jamaah Tabligh ini dilarang berbicara masalah politik dan khilafiyah dalam dakwah. Informan sangat loyal terhadap kelompok Jamaah Tabligh ini, bahkan tujuan mereka dalam dakwah Jamaah Tabligh ini adalah tugas yang akan dipegang sampai mati oleh setiap anggota. Elemen ketiga adalah daya tarik yang ada pada setiap anggota pada kelompok Jamaah Tabligh. Informan dalam penelitian ini lebih memilih urusan dalam kelompok Jamaah Tabligh daripada urusan keluarga yang tidak penting kecuali urusan keluarga itu menyangkut dengan maksiat kepada Allah seperti taat kepada orang tua, maka taat kepada orang tua merupakan bagian dari jihad dalam berdakwah. Informan lebih tertarik melihat kelompok Jamaah Tabligh ini secara keseluruhan dibanding hanya melihat pada personal anggotanya. Alasannya karena mereka cenderung kepada kekompakan kelompok dibanding memilih untuk melihat pada personal anggota kelompok. Ketika terjadi masalah maka mereka akan melihat pada individu kelompoknya apakah sudah mengikuti aturan kelompok, maka kelompok Jamaah Tabligh sangat menekankan pada kekompakan dan persatuan dalam kelompok. Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 268 Elemen keempat dalam kohesivitas yaitu kerja sama dalam kelompok. Kerja sama yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh ini sangat erat dikarenakan mereka selalu berdakwah secara bersama. Informan dalam penelitian ini menyebutkan banyak kerja sama dalam kelompok Jamaah Tabligh salah satunya adalah dakwah, dan yang paling membuat akrab yaitu ketika khidmat dalam kelompok seperti saling bantu-membantu dalam dakwah, makan bersama, tidur bersama dan memerhatikan anggota kelompok yang sedang berjamaah keluar negeri selama empat bulan dengan memberikan makan dan menjenguk untuk memberikan kebahagiaan. Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, yaitu dengan observasi partisipatif bahwa setelah peneliti mengamati kelompok Jamaah Tabligh dan menemukan ada beberapa aktivitas dari kelompok Jamaah Tabligh yang dapat menimbulkan kohesivitas pada kelompok. Adapun beberapa kegiatan tersebut adalah seperti makan berjamaah dalam satu talam atau tempat makan tanpa jijik sedikit pun, kemudian saling memijat badan ketika selesai dakwah untuk menghilangkan kelelahan antar sesama anggota Jamaah Tabligh, dan musyawarah dalam kegiatan dakwah. Berdasarkan hasil observasi peneliti maka kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh sangat padu. Ditinjau dari segi komunikasi maka kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh ini merupakan bentuk komunikasi kelompok di mana di dalamnya ada interaksi tatap muka antara tiga atau lebih, dengan tujuan yang sudah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya yang lain secara cepat Burgon dalam Wiryanto., 2005. Hal yang menarik dari penelitian ini adalah temuan bahwa kesamaan visi serta kecintaan dalam dakwah menjadi faktor penentu tingginya kohesivitas dalam kelompok Jamah Tabligh tersebut. Hal ini sejalan dengan McShane dan Von Glinow 2003 yang menyebutkan bahwa faktor kesamaan mempengaruhi tingkat kohesivitas di dalam suatu kelompok. Dalam konteks ini, agama khususnya keinginan untuk berdakwah menjadi kesamaan antar anggota kelompok Jamaah Tabligh Syahlendra, 2018, pp. 39-40. Akan tetapi, kohesivitas yang terjalin dalam kelompok ini menunjukkan gejala groupthink. Gejala groupthink muncul terlihat di lingkup para anggota presidium ketika melakukan kegiatan-kegiatan untuk proses pengambilan keputusan, khususnya pada saat musyawarah. Para anggota kelompok cenderung mencari mufakat dalam pengambilan keputusan. Sehingga antar anggota Jamaah Tabligh cenderung malu dan takut Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 269 mengeluarkan pendapat mereka karena takut tidak diterima oleh pemimpin. Hasil penelitian ini sejalan dengan asumsi teori Groupthink dalam West dan Turner, 2008 bahwa kohesivitas kelompok yang tinggi akan mengarah pada groupthink di mana anggota kelompok cenderung untuk mencapai kata mufakat adanya kebulatan suara saat merumuskan satu keputusan di dalam kelompok sehingga mengabaikan pendapat alternatif dari anggota kelompok. Penutup Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa adanya kohesivitas yang tinggi dalam kelompok Jamaah Tabligh yang membuat kelompok ini semakin kompak dan akrab dalam berdakwah. Kohesivitas yang terjadi dalam kelompok Jamaah Tabligh di ukur dari empat dimensi kohesivitas, yaitu kesatuan sosial, kesatuan dalam kelompok, daya tarik, dan kerja sama kelompok. Kohesivitas kelompok tersebut didasari oleh kesamaaan untuk berdakwah secara bersama-sama hingga mati. Anggota Jamaah Tabligh ini menganggap bahwa dakwah adalah tujuan hidup sehingga mereka disatukan dalam usaha dakwah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kohesivitas dalam kelompok Jamaah Tabligh mengarah pada gejala groupthink yang terlihat pada saat musyawarah untuk pengambilan keputusan. Daftar Pustaka Aulia, M. 2017. Jamaah Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot Goh, Aceh Besar. Thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Retrieved from Hasanah, U. 2014. Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi Masyarakat Perspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh. Jurnal Indo-Islamika, 41, 21-44. Kriyantono, R. 2006. Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta PT. Kencana Perdana. Littlejhon, S. W., & Foss, K. A. 2016. Ensiklopedia Teori Komunikasi. Jakarta Kencana. McShane, S., & Von Glinow, M. 2003. Organizational Behaviour. America McGraw Hill. Muliawan, T. 2013. Komunikasi Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. Thesis, Universitas Sultan Ageng Tritayasa, Serang. Retrieved from Mulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi Suatu pengantar. Bandung PT. Rosda Karya. Mustofa, M. B. 2016. Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh dikalangan Wanita dalam pebinaan keluarga Muslim di Kota Bandar Lampung. Thesis, Institut Agama Islam Negri Raden Intan Lampung, Lampung. Retrieved from Najmudin, M. 2015. Strategi Jama‟ah Tabligh untuk Mempertahankan Eksistensinya atas Respon dari Globalisasi di Inggris. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta. Retrieved from Jurnal Komunikasi Global, Volume 8, Nomor 2, 2019 270 Nisa, K., Husaini, & Taher, A. 2017. Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, 21. Rahman, A. 2017. Pengaruh Metode Dakwah Jamaah Tabligh Terhadap Peningkatan Shalat Berjamaah Anggotanya Di Kasomberang Pacci’nongan Kabupaten Gowa. Skripsi, UIN Alauddin Makassar, Makassar. Retrieved from Rakhmat, J. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda Karya. Ruben, B. D., & Stewart, L. 2013. Komunikasi dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo Persada. Sari, N. 2015. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh di Palembang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang. Retrieved from Supriyatno, E. 2017. Jamaah Tabligh Yogyakarta 19188-2014 studi sejarah dan aktivitas keagamaan. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Retrieved from Syahlendra, R. 2018. Gejala Grouphink Pada Organisasi Mahasiswa Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Gejala Groupthink Pada anggota Presidium Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FISIP USU. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara. Retrieved from Taher, A. 2009. Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh Syiah Kuala University Press. Tarmizi. 2016. Metode Dakwah Jamaah Tabligh dalam meningkatkan Silaturrahmi dengan Masyarakat. Skripsi, Universitas Islam Negri Sultan Syarief Kasim, Riau. West, R., & Turner, H. L. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta Salemba Humanika. Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta PT. Grasindo Anggota IKAPI. ... Kata jamaah tabligh dimaknakan sebagai "kelompoj penyampai". Dalam Bahasa Urdu di sebutkan dengan istilah جماعت تبليغ dalam Bahasa Arab disebutkan التبليغ ,جماعة kemudian mereka juga dikenal dengan kelompok pendakwah yang tidak hanya melakukan secara mimbar juga secara social Ikbar et al., 2019. ...Mawardi MawardiHadis merupakan ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat Rasulullah Saw. Dalam Islam, hadis mempunyai peran penting sebagai norma dalam membentuk hokum. Social, dan budaya. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan setelah AlQuran, semua umat Islam berupaya menjadikan hadis sebagai legalitas tindakan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk menjadikan hadis sebagai legalitas ideology keagamaan. Kajian ini focus pada hadis dikalangan jamaah tabligh dengan menelaah dari proses pembentukan hokum hingga legaltas ideologis. Persoalan penting dalam kajian ini, bagaimana jamaah tabligh memahami hadis untuk diterapkan dalam kehidupannya? Dan bagaimana penginternalisasi hadis dalam menegosiasikan social jamaah dengan norma-norma yang dijelaskan dalam hadis? Dari kajian ini didapakan bahwa jamaah tabligh menjadikan hadis sebagai Sunnah yang hidup dalam keseharian. Penggunaan pakaian gamis merupakan bentuk nyata dari upaya menghidupkan Sunnah. Dalam hal ini, telihat bahwa proses penginterasian terlihat kreativitas jamaah terhadap model pakaian yang digunakan... "Sacrifice" As Form of DakwahHarifuddin Halim 1 , Ahmad Usman 2 , Asmirah 3 , Muhammad Masdar 4 56 There are many studies on Jamaah Tabligh groups in various perspectives, such as research by Kurniati and Harifuddin on Jamaah Tabligh Da'wah Communication Abidin & Halim, 2019. Abdillah's research Abdillah, 2018 about the influence of the preaching of the tabligh congregation in development in Lombok, research by Ikbar, et al on the social cohesiveness of the Tabligh Jamaah group in Malang City Ikbar et al., 2019. However, research on the application of the concept of sacrifice in this group has not been done and it is interesting to explore and study. ...Harifuddin HalimAhmad UsmanAsmirah AsmirahMuhammad MasdarThis study aims to reveal the forms of sacrifice as a model of preaching carried out by members of the Tabligh group. They do this as a manifestation of their belief in the Islamic religion that they profess. This study used a quantitative method with a survey approach to the Tablighi group. This approach is appropriate in expressing one focus of study, namely sacrifice as a model for group da'wah. The data was collected using a questionnaire to 25 members of the Tabligh group related to the 'sacrifice' da'wah model they carried out. The results showed the form of sacrifice as a model of da'wah in their beliefs in the form of sacrifice of time, sacrifice of work, sacrifice of family, sacrifice of wealth, sacrifice of self, and sacrifice of feelings. They think all of these things are material that must be sacrificed to get a reward from Allah SWT.... Pada tingkatan kohesi yang tinggi, keinginan daripada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama dengan teman kelompoknya berada pada tahapan yang tinggi juga, sehingga tujuan kelompok tersebut menjadi prioritas utama bagi para anggota kelompok. Tentu jika dalam suatu kelompok mempunyai tingkat kohesivitas yang kuat, maka sudah barang tentu juga memiliki kerja sama yang solid dalam kelompok tersebut Ikbar et al., 2019. Kohesivitas kelompok mahasiswa yang bermukim diperkotaan dapat dilihat dari organisasi yang mereka ikuti, baik itu organisasi internal kampus maupun eksternal kampus seperti organisasi perkumpulan mahasiswa perantau. ...Murniati Mohammad SalehudinThis study aimed to find out how the cohesive profile of student groups living in urban areas is. This research uses a qualitative approach to literature Library Research, namely by collecting data related to the theme of the research problem using Google Scholar and set 24 journal articles as data sources, then analyzed with descriptive qualitative. The results of the study found that the mobility of people moving to the city was unavoidable. It was the movement of students to continue their higher education in urban areas, approaching the college campus while students were studying. Group cohesiveness is an essential part for students who live in urban areas. Students are expected to be able to establish interactions between their fellow groups in order to achieve the group's goals. The cohesiveness of student groups living in urban areas can be seen from the organizations they participate in, both internal and external campus organizations. The level of cohesiveness will significantly affect organizational commitment. It depends on how far the group's goals are similar to the organization. Group cohesiveness is established through interactions in the form of good communication between group members. The existence of mutual liking and having a sense of mutual interest will make the group ÂAbdul KarimThis paper aims to find out the practice of khuruj fi sabilillah as a Sufism movement run by Jamaah Tabligh and to know the style of the khuruj fi sabilillah movement from the perspective of the Islamic renewal movement in the city of Palembang. This research is field research with primary data sources from observation, interviews, and documentation. Meanwhile, in data analysis techniques, the authors use the method proposed by Miles and Huberman. This study found that the tablighi congregation presented a new typology in the Islamic renewal movement moderate radicalism with a Sufistic nuance. This study also found new facts, namely three periods of movement; the introduction period 1965-1985, consolidation period 1985-1992, and expansion period 1992-present. The teachings of Sufism carried out by Jama'ah Tabligh are believing in and realizing the essence of the sentence of thayyibah, khusyu' and khudu' prayers, knowledge, and remembrance, glorifying Muslims, improving intentions, and da'wah ilallah. This research is expected to make an academic contribution to the treasures of Islamic science, especially in the field of Sufism. It is expected to be able to enlighten the public about the Sufism movement or khuruj fi sabilillah, which the Tablighi Jamaat runs. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui praktik khuruj fi sabilillah sebagai gerakan sufisme yang dijalankan oleh Jamaah Tabligh serta mengetahui corak gerakan khuruj fi sabilillah perspektif gerakan pembaharuan Islam di kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan sumber data primer yang dihasilkan dari proses observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan dalam teknik analisis data, penulis meggunakan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Penelitian ini menemukan bahwa jama’ah tabligh menampilkan tipologi baru dalam gerakan pembaharuan Islam, yaitu radikalisme-moderat yang bernuansa sufistik. Penelitian ini juga menemukan fakta baru, yaitu tiga periodisasi gerakan; periode perkenalan 1965-1985, periode konsolidasi 1985-1992, dan periode ekspansi 1992-sampai sekarang. Adapun ajaran tasawuf yang dijalankan oleh Jama’ah tabligh ialah meyakini dan mewujudkan hakikat kalimat thayyibah, salat khusyu’ dan khudu’, ilmu dan zikir, memuliakan umat muslim, memberbaiki niat, dan dakwah ilallah. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi akademis bagi khazanah ilmu keislaman khususnya di bidang ilmu tasawuf serta diharapkan mampu memberi pencerahan kepada masyarakat tentang gerakan sufisme atau khuruj fi sabilillah yang dijalankan oleh Jamaah EndariyantonoEffy Wardati MaryamThis study aims to identify and provide an explanation of the description of group cohesiveness in the Sidoarjo mangan community. This research method is descriptive quantitative with the subject of volunteer members in the Sidoarjo mangan community, totaling 138 people. Determination of the subject using a saturated sampling technique. Saturated sampling technique is a sampling technique when all members of the population are used. The variable in this study is group cohesiveness. The data collection in this study used a psychological preparation scale, namely the Likert scale for the group cohesiveness variable made by the researcher. Analysis of the data in this study using the help of SPSS forum windows and Microsoft Excel. The results of data analysis showed that volunteer members of the Sidoarjo mangan community had group cohesiveness in the medium category with a percentage value of which means that volunteer members were able to bring about group cohesiveness when they were in the Sidoarjo mangan community. Abrar AbrarCovid-19 pandemic, which struck the world globally and rapidly, has caused significant fatalities. The government has implemented strict health protocols to suppress the spread of coronavirus. The reckless attitude of Tablighi Jamaat to hold “ijtima” amidst the massive spread of the virus is considered as an anomaly in preventing the Covid-19 pandemic and contradicts with the Fatwa of MUI Indonesian Ulama Council No. 14 of 2020 regarding the Implementation of Worship during Covid-19 Condition. This paper aims to find out the attitude of Tablighi Jamaat toward pandemic from the perspective of ḍarūrah Naẓariyyat al-Ḍarūrah theory by Wahbah al-Zuḥaylī. The writer gives a critical note of the arguments expressed by the Tablighi Jamaat and trying to show a more enlightening reconstruction of the fiqh Islamic law paradigm. The results of the study show that Tablighi Jamaat is a religious group that does not care about Covid-19. This attitude was triggered by the assumption that the existence of coronavirus is still in doubt. The doubt generates the understanding of fiqh that has not considered the corona issues as the udhr category, which allows rukhṣah and abort the original law aẓīmah, either in mashaqqah or ḍarūrah. The article assumes that the religious group’s narration that ignored the Covid-19 gives its members the feeling of peace and comfort, but it is counter-productive with the attempt to prevent the spread of Covid-19. It is necessary to reconstruct the fiqh paradigm to bring together science and religion, which is marked by the application of religious reasoning and sciences at the same time. Arianto AriantoThe purpose of this study was to understand the cohesiveness of the da'wah communication of veiled women in the guidance of Islamic teachings. It closely relates the perception of cohesiveness to the sensation component of the collectivity of group members. For example, communication, collectivity, cooperation, common goals, and interdependence of group members. The research method used is descriptive qualitative, case study research type. The subject of the study were 6 female informants, representatives of Hasanuddin University students who wore a veil in their daily life. The collected data were analyzed inductively. The result that the cohesiveness of veiled women's dakwah communication includes aspects of interpersonal communication cohesiveness, commitment cohesiveness, and cohesiveness aspects of achieving common goals. This aspect of cohesiveness focuses his life on life after death. This also makes them have a strong, cooperative, and sincere character together. The cohesiveness of da'wah communication to continually learn with Islam. It veils the research implication of the cohesiveness of women on equality for preaching, da'wah is the purpose of life so it unites them in da'wah penelitian ini adalah untuk memahami kohesifitas komunikasi dakwah kelompok wanita bercadar dalam tuntunan ajaran Islam. Persepsi kohesifias sangat terkait dengan komponen sensasi kolektifitas anggota kelompok. Seperti, komunikasi, kolektifitas, kerjasama, tujuan bersama, dan saling ketergantungan anggota kelompok. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, tipe penelitian studi kasus case study. Subjek penelitian wanita bercadar sebanyak 6 informan, representatif mahasiswi Universitas Hasanuddin yang mengenakan cadar dalam keseharian. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis secara induktif. Hasil penelitian bahwa kohesivitas komunikasi dakwah wanita bercadar meliputi aspek kohesifitas berkomunikasi interpersonal, aspek kohesifitas berkomitmen, dan aspek kohesifitas pencapaian tujuan bersama. Aspek kohesifitas ini memfokuskan kehidupannya untuk kehidupan sesudah mati. Hal ini juga menjadikan mereka memiliki karakter bersama yang kuat, bekerjsama, dan ikhlas. Kohesifitas komunikasi dakwah dalam upaya keinginan belajar bersama Islam secara terus menerus. Impilikasi penelitian kohesifitas wanita bercadar pada kesamaaan untuk berdakwah, dakwah adalah tujuan hidup sehingga mereka disatukan dalam usaha Bisri MustofaSince the emergence of the Transnational Da'wah Movement such as the TablighiJama'at, it has created contradictions about the Law of Providing both birth and mentalityto the family left in the Khuruj fii sabilillah program Exiting the Way of Allah to preachthe ummah from house to house, mosque to mosque, inviting listen to Muslims religiouslectures and invite to pray in congregation in the mosque. From the development ofJama'ah Tabligh's missionary movement in Indonesia, this movement has experiencedquite rapid development. Not only is the movement that has a strong community, it ismarked by the presence of da'wah markers da'wah centers in each of the Provinces andDistricts of the City. But in the development of the da'wah movement there are severalthings that become contradictions in the family, in this case the provision of income forchildren and wives who are left behind when their head of household implements Khurujfii sabilillah for 3 days, 40 days and 4 months. Therefore, this paper takes the theme of theLaw of Livelihood Against Families in the Tabligh Jama Da'wah Movement in acomprehensive HasanahJamaah Tabligh is a transnational preaching movement that originated in India. The movement was introduced to Indonesia in 1970s and established Masjid Jami’ in Kebon Jeruk Jakarta as its headquarters. The members of Jamaah Tabligh referred to kitab Fadailul A’mal which teaches innovations in Islamic propagations. Some of their preaching traditions included outdoor preaching khuruj dan khillah and the method to invite people to do good deeds Jaulah. They have Amir as their leader and use the mosque as their center of da’wa activities. Using Diffusion of Information and Influence Theory, the article discusses the existence of the Jamaah Tabligh community and the public’s responses toward the Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot GohM AuliaAulia, M. 2017. Jamaah Tabligh Cot Goh Study Kajian Terhadap Penerapan Dakwah Bi al-Lisan Jamaah Tabligh Markas Cot Goh, Aceh Besar. Thesis, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh. Retrieved from McshaneM Von GlinowMcShane, S., & Von Glinow, M. 2003. Organizational Behaviour. America McGraw Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. ThesisT MuliawanMuliawan, T. 2013. Komunikasi Kelompok Suporter Bola Dalam Membentuk Kohesivitas Studi kasus pada The Jakmania UNJ. Thesis, Universitas Sultan Ageng Tritayasa, Serang. Retrieved from komunikasi Suatu pengantarD MulyanaMulyana, D. 2005. Ilmu komunikasi Suatu pengantar. Bandung PT. Rosda Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh BesarK NisaHusainiA TaherNisa, K., Husaini, & Taher, A. 2017. Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Cot Goh Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, 21.Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda KaryaJ RakhmatRakhmat, J. 2015. Psikologi Komunikasi. Bandung Remaja Rosda dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo PersadaB D RubenL StewartRuben, B. D., & Stewart, L. 2013. Komunikasi dan Perilaku manusia. Jakarta PT. RajaGrafindo Islam Negeri Raden PatahN SariSari, N. 2015. Aktivitas Dakwah Jamaah Tabligh di Palembang. Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Patah, Palembang. Retrieved from
Jama'ah Tabligh merupakan gerakan dakwah yang berupaya untuk kembali kepada pengamalan Islam yang murni. Tujuan utama gerakan ini adalah membangkitkan jiwa spiritual dalam diri setiap muslim baik secara pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Ikhlas dalam berdakwah dengan konsep tasawuf yang menjadi salah satu ciri pergerakannya. Pertumbuhan Jama’ah Tabligh di Indonesia begitu pesat
0% found this document useful 0 votes185 views13 pagesDescriptionjemaah tablighOriginal Titlejemaah tablighCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsTXT, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes185 views13 pagesJemaah TablighOriginal Titlejemaah tablighJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Skripsi ini berjudul “Strategi Dakwah Jamaah Tabligh Di Kecamatan Simeulue Tengah Kabupatan Simeulue” adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwasanya banyak dari orang-orang yang belum mengetahui strategi dari dakwah jamaah tabligh dan menganggap perbuatan mereka hanya sebatas mengetuk dari pintu ke pintu rumah, sehingga masyarakat sudah mulai kurang simpatinya.
ArticlePDF Available Abstractn da’wah, the Jama'at Tabligh offers a more friendly and polite format of Islam, because in their da'wah they have the principle of ikram al-muslim or glorifying fellow Muslims. In addition they are also known as organizations that avoid the problem of khilafiyah. However, the stigma is violated because they internal conflicts. This study aims to examine the internal conflicts of Tablighi Jamaat. This study focuses on looking the background and the dynamic of conflict that occur in the internal of Jamaah Tabligh. This study uses qualitative methods and conflict triangle theory developed by Johan Galtung. The findings of study indicate the conflict is caused by the problem of leadership or determination of amir. This leadership conflict made the Tabligh Jamaah split into two groups namely the Syuro Alami group and Nizamuddin. The Natural Syuro group made the Muhammadan Mosque in Pondok, Padang as headquarters, while the Nizamuddin group made the Madinatul Munawarah Mosque in the city of Padang as headquarters. At present what happens between the two groups is throwing accusations at each other and berating each conflict caused mutual accusations and verbal abuse between the two groups. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. ArticleCorresponding AuthorName Muhammad AqilEmail muhammadaqil312 omKonflik Kepemimpinan JamaahTabligh Di Kota Padang,Sumatera BaratIndonesian Journal of Religion and Society,2020, Vol. 02 01, 32-44© The Journal, 2020DOI HistoryReceived March, 17th 2020Revised April, 22th 2020Accepted May, 17th 2020Muhammad AqilProgram Studi Agama dan Resolusi Konflik, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga, da’wah, the Jama'at Tabligh offers a more friendly and polite format of Islam, because intheir da'wah they have the principle of ikram al-muslim or glorifying fellow Muslims. Inaddition they are also known as organizations that avoid the problem of khilafiyah. However,the stigma is violated because they internal conflicts. This study aims to examine the internalconflicts of Tablighi Jamaat. This study focuses on looking the background and the dynamic ofconflict that occur in the internal of Jamaah Tabligh. This study uses qualitative methods andconflict triangle theory developed by Johan Galtung. The findings of study indicate the conflictis caused by the problem of leadership or determination of amir. This leadership conflict madethe Tabligh Jamaah split into two groups namely the Syuro Alami group and Nizamuddin. TheNatural Syuro group made the Muhammadan Mosque in Pondok, Padang as headquarters,while the Nizamuddin group made the Madinatul Munawarah Mosque in the city of Padang asheadquarters. At present what happens between the two groups is throwing accusations ateach other and berating each other. The conflict caused mutual accusations and verbal abusebetween the two Jama’at Tabligh, Conflict, Syuro Alami, berdakwah, Jamaah Tabligh dikenal menawarkan format Islam yang lebih ramahdan santun karena mempunyai prinsip ikram al muslim atau memuliakan sesama itu, mereka juga dikenal sebagai organisasi yang menghindari khilafiyah. Namunsaat ini stigma tersebut dilanggar dan mereka terlibat konflik internal. Penelitian inibertujuan mndiskusikan konflik Internal Jamaah Tabligh. Penelitian ini fokus melihat latarbelakang dan dinamika konflik yang terjadi di internal Jamaah Tabligh. Penelitian inimenggunakan metode kualitatif da n teori segitiga konflik yang dikembangkan oleh JohanGaltung. Temuan penelitian menunjukkan bahwa akar penyebab konflik adalah masalahkepemimpinan atau penentuan amir. Konflik kepemimpinan ini menjadikan JamaahTabligh terbelah menjadi dua kelompok, yakni kelompok Syuro Alami dan Syuro Alami menjadikan Masjid Muhammadan di Pondok, Kota Padang sebagaimarkas,, sedangkan kelompok Nizamuddin menjadikan Masjid Madinatul Munawarah diBerok, kota Padang sebagai markas. Konflik menyebabkan terjadinya saling lempartuduhan dan caci maki antar kedua Kunci Jamaah Tabligh, Konflik, Syuro Alami, Nizamuddin. Indonesian Journal of Religion and Society 2020, 02 01 33Copyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Society1. PendahuluanJamaah Tabligh merupakan salah satu kelompok keagamaan yang berorientasimenjalankan misi dakwahnya. Kelompok ini memiliki keunikan dan kekhasan tersendiridibandingkan dengan aliran-aliran lain yang lebih dulu muncul di Indonesia. Keunikan dankekhasan Jamaah Tabligh terlihat pada gerakan dakwahnya yang selalu keluarmeninggalkan rumah dan keluarganya dalam kurun waktu tertentu menuju satuperkampungan atau daerah secara berpindah-pindah dari satu kampung ke kampung yanglain, dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu masjid ke masjid yang lain. Kegiatanmereka disebut dengan khuruj atau keluar berjauhan dari rumah Saepuloh, 2014.Kelompok ini menggunakan metode dakwah dengan simpatik dan akhlak yang baik dengansemangat ukhuwah dan tidak sektarian serta mengindari masalah khilafiyah Hasanah,2014. Tujuan dakwah mereka adalah untuk menegakkan kembali amalan -amalan agamayang sesuai dengan Al-Quran dan sunnah. Namun, akhir-akhir ini Kelompok yangmengedepankan dakwah untuk menegakkan serta mengajak kepada yang ma’ruf danmenghindari masalah khilafiyah, justru bertentangan dengan prinsip yang mereka internal mereka justru saling caci dan mengakibatkan terjadinya konflik yang terjadi pada Jamaah Tabligh berawal dari markas pusat internasional diNizamuddin India. Masalahnya adalah perebutan pemimpin. Saat ini terdapat dua kubuJamaah Tabligh, pertama adalah kubu yang setia kepada Maulana Saad sebagai amirdunia atau ketua, dan kbubu kedua adalah kelompok yang tidak setuju pada MaulanaSaad dan kemudian membentuk majelis Syuro dunia. Sejak saat itulah secarainternasional jamaah tabligh terpecah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok keamiran,yaitu Keamiran Nizamuddin yang setia kepada Maulana Saad dan Majelis Syuro dunia yangmenentang keamiran atau kepemimpinan Maulana Saad. Konflik ini meluas hingga keseluruh cabang Jamaah Tabligh yang ada di seluruh dunia, tak terkecuali cabang diIndonesia, termasuk kota Padang Wawancara dengan YM, 2019.Jamaah Tabligh di Padang memusatkan aktivitas dakwahnya di Masjid Muhammadanyang terletak di Pasa Gadang, kawasan Pondok. Masjid ini sekaligus adalah markasprovinsi Jamaah Tabligh di Sumatera Barat. Kegiatan Jamaah Tabligh di MasjidMuhammadan dilaksanakan setiap senin dan kamis malam. Kegiatan senin malam adalahmusyawarah, dan kegiatan kamis malam merupakan malam markas. Kegiatan yangdilaksanakan pada malam markas adalah ceramah agama yang disampaikan oleh salahseorang jamaah yang telah ditunjuk pada malam musyawarah. Inti dari ceramah yangdisampaikan adalah untuk menumbuhkan rasa risau terhadap keadaan umat dan mauberjuang untuk memperbaiki keadaan umat yang sudah banyak menyimpang dari pada setiapk senin malam dan kamis malam kegiatan rutin ini dihadiri olehribuan jamaah yang datang dari berbagai daerah di kota Padang maupun di luar kotaPadang. Namun, setelah terjadinya konflik yang mengakibatkan jamaah tabligh terpecahmenjadi dua kelompok, malam musyawarah dan malam markas yang biasanya dihadirioleh ratusan bahkan ribuan jamaah di masjid Muhammadan mulai berkurang. Hal inidisebabkan sebagian jamaah yang setuju terhadap kepemimpinan Maulana Saad sebagaiamir dunia memilih keluar dari Masjid Muhammadan dan membangun Masjid baru sebagaimarkas di Berok, Kota Padang dengan nama masjid Madinah Al-Munawarah. Masjid inidijadikan sebagai markas dari kelompok jamaah tabligh y ang setia terhadap kepemimpinanMaulana Saad. Sejak saat itu, di tahun 2017 jamaah tabligh di kota Padang terpecahmenjadi dua kelompok sampai penelitian ini Tabligh selama ini dalam menjalankan misi dakwahnya lebih menonjolkanformat Islam yang lebih ramah, santun dan mengedepankan pendekatan akhlak yang baikkepada masyarakat. Mereka hanya fokus menegakkan yang ma’ruf dan mengerjakan segalabentuk amalan-amalan yang sesuai dengan tuntutan Al -Quran dan sunnah untuk bekalpersiapan di akhirat nanti. Hal tersebut memang tidak bisa dipungkiri sebab salah satudoktrin terpenting dari ajaran dakwah Jamaah Tabligh adalah prinsip ikram al-Muslimmenghormati atau memuliakan setiap individu muslim yang merupakan salah satuprinsip yang mengantarkan gerakan dakwah ini diterima oleh masyarakat muslim secaraluas hingga berkembang sangat pesat. Prinsip ini benar -benar membuka peluang yangbesar bagi terciptanya persatuan dan kesatuan kaum muslimin atas landasan ikwahIslamiyah persaudaraan atas nama Islam di mana prinsip ini melarang seorang mukmin 34 Muhammad AqilCopyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societymempermasalahkan aliran pemahaman, pilihan politik, kedudukan, serta latar belakangstatus sosial individu muslim lainnya Yusuf, 2015.Jamaah Tabligh melihat bahwa ikram al-muslim adalah ajaran agama yang harusditanam ke tengah-tengah masyarakat luas. Seseorang yang sudah ber-islam, maka orangtersebut adalah saudara dan harus diperlakukan secara terhormat. Sikap terhadap sesamamuslim harus lebih mendahulukan perasaan dan pikiran yang positif daripada menaruhperasaan curiga dan berpikir secara negatif. Maka hal -hal yang mengarah kepadaterbukanya emosi, ketersinggungan, dan curiga harus dihindari. Salah satu caranya adalahdengan tidak mempermasalahkan latar belakang maupun status sosial muslim di tengah -tengah masyarakat. Selama ia seorang muslim, maka ia harus dipe rlakukan secara Jamaah Tabligh, seluruh kaum muslimin di dunia ini adalah saudara yang harusdimuliakan, tidak peduli apapun pilihan politik, status sosial, jabatan, aliran pemahamankeagamaan, amaliyah, dan lain sebagainya. Ikram al-muslim adalah salah satu sifat palingmenonjol dari para al-salaf al salih, yaitu para sahabat nabi dan orang-orang yangmengikuti jalan hidup mereka. Sifat penting ini terangkum dalam enam sifat sahabat,yaitu sifat al sittah enam sifat yang menjadi prinsip gerakan dakwah Jamaah TablighMusyawarah ahli syuro dan para jumidar, 2018; Yusuf, 2015.Ada berbagai studi yang dilakukan terkait Jamaah Tabligh namun tentunya dengankonsep dan dimensi yang berbeda-beda diantaranya studi yang dilakukan oleh DidiJunaedi 2013, yang menyoroti tentang penafsiran Jamaah Tabligh terhadap ayat Al -Qurandan Hadis, dalam studi ini ditemukan bahwa Jamaah Tabligh dalam memahami Al -Qurandan Hadis lebih melihat pada aspek literal tekstual dari pada makna substantif kontekstual,dengan kata lain subjektivitas penafsiran mereka lebih terlihat daripada studi yang dilakukan oleh Tholhah 2015 menyoroti peranan Jamaah Tabligh diAsia Selatan terhadap perkembangan Jamaah Tabligh yang ada di Yogyakarta. Studi inimenunjukkan bahwa Jamaah Tabligh di Yogyakarta mendapat instruksi dari paramasyaikh untuk mengembangkan ideologi Jamaah Tabligh dengan menggunakanpendekatan sosial kultur budaya yang ada di Yogyakarta. Kemudian studi yang dilakukanoleh Umdatul Hasanah 2014 tentang reaksi masyarakat terhadap keberadaan kelompokJamaah Tabligh. Penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Jamaah Tabligh mendapatrespon yang positif dan negatif di tengah masyarakat. Dengan pesatnya jumlah anggotaJamaah Tabligh yang bertambah tentu menjadi bukti bahwa keberadaannya diresponpositif oleh masyarakat. Kemudian dengan masih adanya kasus-kasus pengusiran jurudakwah Jamaah Tabligh juga menjadi bukti masih adanya respon negatif dari dasarnya Ketiga studi tersebut membahas tentang Jamaah Tabligh, hanyasajaseluruh studi tersebut kebanyakan berfokus membahas respon masyarakat terhadapgerakan dakwah Jamaah Tabligh dan prinsip yang dipegang oleh juru dakwah JamaahTabligh dalam menjalankan gerakannya. Penelitian ini tentunya berbeda dengan ketigapenelitian di atas, sebab penelitian ini akan lebih berfokus pada konflik yang terjadi dalaminternal Jamaah Tabligh. Dimensi ini belum tersentuh oleh ketiga studi sebelumnya. IbnuBurdah, seorang pemerhati Timur Tengah dan dunia Islam dari UIN Sunan Kalijagamenjelaskan bahwa Jamaah Tabligh merupakan organisasi Islam transnasional yang saatini paling pesat perkembangannya. Be liau menegaskan pesatnya perkembangan JamaahTabligh baik di dunia maupun di Indonesia dikarenakan adanya daya tarik yang tidakdimiliki oleh organisasi keagamaan lainnya. Daya tarik itu terletak untuk tidak berpolitikdan menghindari masalah khilafiyah, b aik itu fiqih, mazhab dan tarekat. Sikap yangkonsisten ini menjadi poin penting bagi kuatnya penyebaran Jamaah Tabligh baik diIndonesia maupun di dunia. Namun, prinsip ini seakan-akan hilang dan dilupakan denganadanya konflik. Mereka yang sebelumnya memegang prinsip untuk tidak berpolitik justrusaat ini terlibat dalam konflik politik, yaitu konflik kepemimpinan atau kekuasaan. Olehkarena itu penelitian ini menjadi penting dan menarik untuk dikaji guna mengetahuirealitas baru yang saat ini terjadi di internal Jamaah Tabligh. Maka dari itu penelitian inifokus pada dinamika konflik yang terjadi pada di internal Jamaah Tabligh dan perbedaan-perbedaan mendasar pada Jamaah Tabligh setelah terjadi Kerangka TeoriUntuk memahami konflik dalam jamaah tabligh penelitian ini menggunakan teori segitigakonflik dari Johan Galtung. Galtung merumuskan konflik dalam satu segitiga, yang disebutABC Triangle. ABC dalam segitiga konflik Galtung merupakan urutan terbentuknya ko nflikyang terdiri atas Attitudes A, Behaviour B dan Contradiction C. Attitude mencakup Indonesian Journal of Religion and Society 2020, 02 01 35Copyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societyasumsi, kognisi dan emosi yang dimiliki satu pihak terhadap pihak lain. Attitude dalamkonflik juga berarti adanya penolakan terhadap superioritas pihak lain. Asumsi yangdibangun bisa bersifat positif dan negatif, akan tetapi dalam konflik kekerasan ,kecenderungan yang muncul adalah menciptakan asumsi negatif terhadap pihak musuh,sebagai akibat dari kemarahan dan ketidakamanan. Behaviour adalah mental, ekspresiverbal atau fisik yang timbul dalam konflik. Tindak kekerasan, penghinaan, sikap tidakhormat, kejahatan seksual dan pelanggaran hak asasi manusia adalah bentuk -bentukbehaviour dalam konflik. Sehingga behaviour adalah bentuk aksi nyata yang ada dalamkonflik. Sedangkan contradiction merupakan bagian penting dalam konflik yangmenunjukkan adanya perbedaan ataupun kontradiksi tujuan antar pihak yang menjadi bagian yang penting karena hal ini menyebabkan tindak kekerasandan perilaku Gati, 2014.Galtung berpendapat bahwa tiga komponen harus muncul bersama-sama dalamsebuah konflik total Miall, 2002. Ketiga komponen tersebut merupakan urutanterbentuknya konflik yang meliputi kontradiksi, sikap dan perilaku Galtung, 2003.Adapun komponen contradiction akan digunakan untuk mengetahui bagaimana kontradiksiyang terjadi antar jamaah karena perbedaan persepsi atau perbedaan tujuan dari kelompokyang bertikai. Persepsi pihak-pihak yang bertikai cenderung mengembangkan stereotipyang merendahkan pihak masing-masing. Setelah adanya kontradiksi akan membentukkomponen kedua, yakni attitude sikap. Komponen yang kedua ini akan digunakan untukmelihat sikap para anggota Jamaah Tabligh, apakah sikap yang diperlihatkan cenderungmerendahkan dan berpandangan selalu negatif antar kelo mpok yang bertikai atau sikap-sikap yang memicu lahirnya konflik seperti yang disebutkan Galtung yakni sikapkemarahan, kebencian dan kepahitan. Setelah sikap ini terbentuk fase selanjutnya akanmelahirkan sebuah behavior perilaku konflik kekerasan, yang merupakan komponenketiga dari urutan terbentuknya konflik . Perilaku tersebut bisa dalam bentuk ancaman,pemaksaan dan serangan yang merusak. Komponen yang ketiga ini akan digunakan untukmelihat perilaku para anggota Jamaah Tabligh, baik perilaku yang me nunjukkanpenyerangan yang tentu akan melahirkan konfrontasi fisik dan perilaku -perilaku negatiflain dalam menyikapi konflik internal yang segitiga ini juga akan digunakan untuk menganalisis, apakah ketiga komponen diatas yang merupakan urutan terbentuknya konflik dapat membawa kepada konflik yanglebih luas atau melebar, sebab Galtung melihat konflik sebagai proses dinamis dimanastruktur sikap dan perilaku secara konstan berubah dan mempengaruhi satu sama konflik muncul, konflik menjadi formasi konflik ketika kepentingan pihak-pihakyang bertikai masuk ke dalam konflik atau hubungan dimana mereka berada menjadipenindas. Kemudian pihak-pihak yang bertikai mengorgansasikan diri di sekitar strukturini untuk mengejar kepentingan mereka. Mereka mengembangka sikap yangmembahayakan dan perilaku yang bersifat konflik. Dengan begitu formasi konflik mulaitumbuh dan berkembang sebagaimana yang biasa terjadi, konflik dapat melebar, menarikpihak-pihak lain, semakin mendalam dan menyebar, menimbulkan konflik-konfliksekunder pada pihak-pihak utama atau di antara pihak-pihak yang berada di luar sekarangterseret masuk Miall, 2002.3. Metode PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif. Penelitiandilaksanakan di bulan Juli hingga Agustus 2019, Lokasi penelitian ini adalah di MasjidMuhammadan, Pondok, Kota Padang sebagai markas kelompok Syuro Alami dan MasjidMadinatul Munawarah, Berok, Kota Padang sebagai markas dari kelompok keamiranNizamuddin. Penelitian ini berupaya mendeskripsikan akar masalah terjadinya konf likdan bentuk konflik Jamaah Tabligh di kota Padang. Ada tiga bentuk teknik pengumpulandata lapangan yang telah dilakukan, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. MetodeObservasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipan observer, yaitu penelititerlibat secara langsung, mengamati dengan seksama terhadap objek penelitian. Dalamkonteks ini peneliti mengamati langsung kedua kelompok yang terpecah pada JamaahTabligh di kota Padang, yakni di Masjid Muhammadan sebagai pusat dakwah darikelompok Syuro Alami dan Masjid Madinatul Munawarah sebagai pusat dakwah darikelompok keamiran atau Nizamuddin di kota Padang. Observasi yang dilakukan terfokuspada aktivitas dakwah dan perilaku para anggota Jamaah Tabligh. Untuk wawancara,informan dipilih dengan menggunakan teknik snowball sampling, yaitu mencari informasi 36 Muhammad AqilCopyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societykunci, kemudian dilanjutkan kepada informan-informan lainnya sampai kepada tingkatkejenuhan. Informan dalam penelitian ini diantaranya adalah para anggota Jamaah Tablighserta para tokoh dalam jamaah tabligh. Dalam penelitian ini teknik Wawancara yangdigunakan adalah wawancara tidak terstruktur unstructured interview, dan dilakukandengan face to face Sugiyono, 2019. Wawancara tidak terstruktur ini tidak dilakukandengan struktur yang ketat, namun peneliti mengajukan pertanyaan yang lebih terarahpada tujuan utama penelitian ini. Selanjutnya metode dokumentasi yaitu pencarian datamengenai penelitian yang terdapat di buku-buku dan jurnal-jurnal yang terkait dengantema Teknik analisis data dalam studi ini dilakukan dengan menggunakan analisisdeskriptif kualitatif, yaitu mengolah dan menyajikan data dengan melaporkan apa yangtelah diperoleh selama penelitian dengan cermat dan teliti serta memberikan analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data. Setelah itu penelitimelakukan seleksi, sehingga bisa ditentukan data mana yang bisa masuk dalam kerangkakonseptual tulisan dan mana yang harus disi sihkan. Selanjutnya, data tersebut difokuskansehingga hasilnya adalah sebuah abstraksi yang terarah dan mengena dengan kajian ini tidak disajikan sekedar deskriptif saja, akan tetapi disertai analisisyang mana data diinterpretasi, sehingga data yang telah diorganisasikan tadi memilikimakna yang mudah dipahami. Langkah-langkah di atas mengacu pada Miles danHuberman yang menyatakan bahwa analisis data mencakup tiga sub proses , pertamaediting dan reduksi yang terdiri dari kegiatan memperbaiki, menggolongkan data,menguraikan data, serta membuang yang tidak perlu dan mengorganisir data, keduapenyajian dan analisis data secara naratif, dan ketiga interpretasi dan penarikankesimpulan Miles & Huberman, 1992.4. Sejarah Masuk dan Perkembangan Jamaah Tabligh di Kota PadangJamaah Tabligh sampai di Kota Padang melalui rombongan yang dikirim dari kota Medan,Sumatera Utara. Rombongan ini sampai ke Padang terutama karena dibujuk oleh orangMinangkabau di perantauan yang ikut dalam pengajian Jemaah Tabligh dan ingin agarmetode dakwah ini juga dikenal di Minangkabau. Pada tahun 1985, satu rombonganJamaah yang berasal dari Kota Medan, Sumatera Utara datang ke masjid Muhammadanyang terletak di Jalan Pasar Batipuh, Kampung Keling Padang, dengan jumlah anggotasebanyak 16 orang. Rombongan dipimpin oleh Irwan Parindra, seorang mahasiswa USUyang didampingi oleh Hasan Basri, salah seorang Amir Syaf penanggung jawab JamaahTabligh di Kota Medan. Kedatangan rombongan ini menjadi foundament perkembanganJamaah Tabligh di Kota Padang dan Sumatera Barat untuk masa yang datang dari Kota Meda n ini, melakukan I’tikaf di MasjidMuhammadan selama tiga hari. Selama i’tikaf, jamaah Masjid Muhammadan yang sebagianbesar adalah warga keturunan India mengenal mereka lebih dalam. Mereka menekankanbahwa mereka yang datang dan jamaah tempatan diikat ole h kalimat Laa ilaha ilallah,Muhammadur Rasulullah Witrianto, 2015.Di antara jamaah Masjid Muhammadan adayang merasa tertarik dengan kegiatan yang dilakukan rombongan ini, karena sebelumnyamereka pun juga memiliki kerisauan yang sama dengan yang dimiliki oleh rombongan inimengenai kondisi umat Islam. Pada saat itu, Masjid Muhammadan ditetapkan sebagaitempat bermusyawarah belum berbentuk mark az pada perkembangan selanjutnya, malammusyawarah ditetapkan pada hari Senin malam, sedangkan hari Kamis malam ditetapkansebagai Malam Muhammadan sendiri, sebagai markaz Sumatera Barat juga mengeluarkanrombongan secara rutin, yang terdiri dari jamaah 40 hari, jamaah 4 bulan, jamaah 4 bulanjalan kaki, dan jamaah masturah perempuan yang harus didampingi oleh tahap awal, Masjid Muhammadan juga mengeluarkan rombongan tiga hari setiapminggunya, tetapi kemudian rombongan tiga hari ditangani oleh marhalah masjid tempatanggota jamaah tinggal atau halaqah gabungan dari marhalah yang berada pada satuwilayah yang sama. Rombongan tiga hari akan keluar dari halaqah jika marhalah tidaksanggup mengeluarkan satu rombongan jamaah tiga hari setiap jamaah kuruj, atau biasa disebut keluar dari Masjid Muhammadan pertamakali dilakukan pada tahun 1988, tiga tahun setelah kedatangan rombongan dari pertama ini memberikan spirit dan kesan yang kuat bagi anggotanya sehinggakegiatan khuruj tetap berlanjut setiap bulan dan mulai menyebar ke beberapa masjid diKota Padang. Selama dua dasawarsa terakhir, keberadaan Jamaah Tabligh telah mewarnai Indonesian Journal of Religion and Society 2020, 02 01 37Copyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societysejarah gerakan Islam di Kota Padang. Pusat kegiatan Jamaah tabligh untuk wilayah KotaPadang dan Sumatera Barat adalah Masjid Muhammadan Witrianto, 2015.5. Konflik Jamaah Latar Belakang KonflikJamaah Tabligh merupakan gerakan keagamaan transnasional yang pada mulanya lahir danberkembang di India. Gerakan ini lahir pada tahun 1926 di Mewat India, dengan pendirinyaSyaikh Muhammad Ilyas bin Muhammad Ismail al Kandahlawi al-Deobandi al-Jisyti 1885-1944. Setelah Maulana Muhammad Ilyas meninggal, kepemimpinan diteruskan olehputeranya, Maulana Muhammad Yusuf al-Kandahlawi 1917-1965. Pada masa inilahJamaah Tabligh mengalami perkembangan yang pesat, kurang dari dua dekade selama masakepemimpinan Maulana Yusuf, gerakan ini berhasil mengembangkan aktivitas dakwahnyahingga ke Amerika dan Eropa Kamaruddin, 2010. Setelah Maulana Yusuf mangkat, estafetkepemimpinan dilanjutkan oleh Maulana Inamul Hasan. Selama masa kepemimpinan beliauinilah bibit-bibit perpecahan mulai muncul ketika Maulana Inamul Hasan membentuk Syuroyang beranggotakan 10 0rang karena beliau telah sakit-sakitan. 10 orang syuro ditunjukuntuk dengan menggantikan tugasnya saat anggota Syuro berasal dari India sebanyak 5 orang, yaitu Maulana Izhar, MaulanaZubair, Maulana Saad, Maulana Umar Phalampuri, dan Meyaji Mehrob. Sebanyak 4 orangberasal dari Pakistan, yaitu Syeikh Abdul Wahab, Mufti Zainal Abidin, Maulana Said AhmadKhan, Bhai Afdol, dan 1 orang dari Bangladesh, yaitu Ir Abdul Muqit. Setelah Syekh InamulHasan meninggal, 10 orang syuro yang telah ditunjuk sebelumnya bermusyawarah untukmenentukan siapa amir selanjutnya. Namun musyawarah tersebut menemui jalan buntukarena ke 10 anggota syuro gagal menentukan kesepakatan siapa amir selanjutnya. Danmusyawarah tersebut pecah menjadi 3 kubu, Pertama, Orang-orang Mewat ingin MaulanaSaad menjadi Amir, kedua, orang-orang Sahranpur ingin Maulana Izhar jadi Amir, Delhi ingin Maulana Zubair jadi amir. Dalam musyawarah Maulana Saadmengatakan “kalau kalian tunjuk saya jadi amir maka pengikut setia Maulana Zubair akanpergi, kalau kalian angkat Maulana Zubair orang-orang Mewat yang mengikuti saya akanpergi”. Maulana Saad pun memberi solusi dengan tidak ada ada amir, 3 orang dari 3 kubumenjadi faisalat yaitu Maulana Saad, Maulana Izhar dan Maulana Zubair. Akhirnya karenakebuntuan dalam musyawarah tersebut, atas usulan dari Maulana Saad kepemimpinandiputuskan dengan berlakunya sistem kolegial dengan tiga faisalat, yaitu Maulana Saad,Maulana Izhar dan Maulana Zubair Syeirazi, 2019.Setelah Maulana Izhar dan Maulana Zubair meninggal, maka secara otomatis MaulanaSaad menjadi faisalat tunggal atau Amir dakwah. Dari tahap inilah masalah mulai dari situs NU online yang ditulis oleh M. Kholid Syeirazi, bahwa secara sepihakMaulana Saad dianggap mengangkat dirinya sebagai Amir pada Ijtimak di Bophal November2015. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh YM dan HR yang merupakan anggota SyuroAlami kota Padang.“Maulana Saad itu mengaku sebagai amir, padahal pasca tahun 1993 itu tidak ada lagi sistemkeamiran yang ada adalah sistem syuro musyawarah” wawancara dengan YM, 11 Juli 2019.“Maulana Saad itu merasa menjadi amir dan kemirannya itu tanpa adanya sistem musyawarah,kemudian Maulana Saad memisahkan diri dari syuro dan merasa menjadi amir dunia”wawancara dengan HR, 2 Agustus 2019.Namun, hal ini dibantah oleh para pendukung Maulana Saad dengan menyebutkanbahwa setelah Maulana Zubair meninggal dunia, maka dari berbagai pihak meminta danmendesak agar Maulana Saad bersedia dibaiat. Akhirnya, Maulana Saad menerima dibaiattanpa musyawarah lagi pada tahun 2014. Pendukung dari Maulana Saad menjelaskanbahwa permintaan untuk menjadikan Maulana Saad sebagai amir bukan datang dariMaulana Saad sendiri, melainkan dari kecintaan Jamaah kepada Maulana Saad karenabeliau sudah menjadi faisalah tunggal setelah wafatnya Maulana Nizamuddin membantah statement kelompok Syuro Alami tersebut denganmenyatakan bahwa tidak ada amir setelah Maulana Inamul Hasan meninggal. Sebagaimanawawancara yang penulis lakukan dengan R salah seorang anggota kelompok Nizamuddin.“tidak ada ucapan dari Maulana Inamul Hasan, tidak boleh ada amir setelah beliau. Buktinya 10orang syuro yang ditunjuk Maulana Inamul Hasan bermusyawarah untuk mengangkat wafatnya Maulana Inamul masih banyak saksi hidup yang sampai 38 Muhammad AqilCopyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societysekarang masih berada di markas Nizamuddin markas dunia, maka yang menjadi amir diNizamuddin India adalah amir bagi jamaah dakwah seluruh dunia” wawancara dengan R, 21Agustus 2019.Sejak peristiwa itulah Jamaah Tabligh mulai terbelah klaim secara sepihak ini dianggapcacat oleh mereka yang protes dipimpin oleh Abdul Wahab yang merupakan salah satu dari10 anggota syuro yang ditunjuk oleh Maulana Inamul Hasan dari Rewind Pakistan. AbdulWahab kemudian memperbarui Syuro Alami dengan menambah 11 orang anggota syu 11 orang yang ditambah pada saat pelaksanaan ijma’ di Rewind Pakistan padaNovember 2015 tidak disetujui oleh Maulana Saad. Sehingga insiden fisikpun terjadi, danmengakibatkan kelompok kontra Saad dipersekusi. Saat ini Jamaah Tabligh sendiri terbelahmenjadi dua kelompok, pertama kelompok pendukung Maulana Saad yang disebut dengankelompok Nizamuddin, dan kedua kelompok yang menentang Maulana Saad sebagai amiryaitu kelompok Syuro terjadi bentrokan, sebagian masyaikh yang menentang Maulana Saadmeninggalkan markas Nizamuddin karena suasana yang tidak kondusif. Akhirnya sejakperistiwa itu para masyaikh terbelah, ada yang pro terhadap Maulana Saad dan kontraterhadap beliau. Dalam Jamaah Tabligh orang-orang tua yang telah lama bergabung yanghanya mengabdikan hidupnya untuk berdakwah disebut dengan masyaikh. Mereka memilikiotoritas dan pengaruh yang cukup kuat karena para masyaikh ini dianggap orang alim danberilmu disebabkan pengalaman mereka yang telah lama berjuang dalam berdakwah. Paramasyaikh mempunyai peluang besar untuk menjadi ahli syuro dalam Jamaah Tabligh,sehingga tidak heran ketika terjadi pertentangan antara para masyaikh terkait status amirMaulana Saad terjadi mobilisasi masa yang cukup besar diantara dua kelompok yang prodan kontra terhadap Maulana tersebut manjadi awal terbaginya markas Jamaah Tabligh menjadi duakelompok antara yang pro terhadap Maulana Saad dan kontra terhadap Maulana Saad. Saatini kelompok pengikut Saad bermarkas di Nizamuddin sementara yang kontra di RewindPakistan. Setelah terjadi konflik di India, konflik juga meluas sampai ke Indonesia. SyuroIndonesia yang semula berjumlah 13 orang, terpecah dalam dua kubu. Pertama kubu CecepFirdaus yang bermarkas di Masjid Jami’ kebon Jeruk yang merupakan kelompok Nizamuddinpendukung Maulana Saad sebagai amir, dan kedua kubu Muslihuddin Jafar, pendukungSyuro Alami penentang Maulana Saad sebagai amir yang bermarkas di Masjid Al-MutaqienAncol. Kubu Cecep didukung oleh pondok pesantren Al-Fattah Tamboro Keras, ini merupakan pesantren Jamaah Tabligh terbesar dengan santri mencapai Pengasuhnya Kyai Uzairon Thoifur salah seorang ahli syuro Jamaah TablighIndonesia. Sedangkan kubu Muslihuddin Jafar, pendukung Syuro Alami didukung pondokpesantren Darul Mukhlasin Payaman Magelang, dan pondok pesantren Sirajul MukhlasinKrincing Secang Magelang, pengasuhnya Kyai Mukhlisun salah seorang ahli syuro JamaahTabligh Syeirazi, 2019. Konflik Jamaah Tabligh di Kota PadangDi Kota Padang, awal mula perpecahan Jamaah Tabligh terjadi ketika Cecep yang bertugassebagai penanggung jawab syuro untuk Indonesia datang ke Padang. Setibanya di Padang,beliau tidak langsung mengunjungi markas provinsi Jamaah Tabligh di Sumatera Barat yaituMasjid Muhammadan. Yang terjadi justru Cecep berkunjung ke Masjid MadinatulMunawarah di daerah Berok Kota Padang yang kelak akan menjadi markas pendukungkelompok Maulana Saad atau Nizamuddin. Karena Cecep tidak langsung mengunjungiMasjid Muhammadan sebagai markas provinsi, protes muncul dengan narasi yangmenyinggung sosok Maulana Saad. Sebagaimana wawancara penulis dengan “S”, salahseorang anggota Syuro Alami yang mengatakan“bapak kenapa tidak datang ke markas Masjid Muhammadan markas Provinsi Sumatera Barat,kalau bapak ke sini berarti bapak berjalan sendiri sama seperti Maulana Saad” wawancaradengan S, 29 Agustus 2019.Karena ada kata-kata yang demikian, menyinggung sosok Maulana Saad, terjadi terjadiperdebatan antara kelompok yang pro dan kontra terhadap Maulana Saad di hari yang mengakibatkan terbelahnya Jamaah Tabligh di Padang menjadi dua kelompokhingga saat ini. Pertama kelompok Nizamuddin yang bermarkas di Masjid Ma dinatulMunawarah berok Kota Padang, kedua kelompok Syuro Alami yang bermarkas di MasjidMuhammadan Pondok Kota Padang. Indonesian Journal of Religion and Society 2020, 02 01 39Copyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and SocietyDari konflik yang terjadi di Padang, dapat dipahami bahwa benih-benih konflik danperbedaan pandangan terkait konflik yang terjadi di India telah terjadi di kota Padangsebelum Cecep penanggung jawab syuro untuk Indonesia datang berkunjung ke ini terlihat dari narasi yang dikatakan oleh beberapa Jamaah saat Cecep mengunjungiMasjid Madinatul Munawarah. Telah ada rasa ketidaksukaan dari sebagian Jamaah terhadapsosok Maulana Saad atas ditetapkannya beliau sebagai amir dunia. Konflik yang terjadijustru menjadi semakin nyata terlihat ketika Cecep datang ke Padang, yang menyebabkansebagian besar Jamaah di Masjid Muhammadan memilih untuk keluar dan bergabungdengan jamaah yang berada di Masjid Madinatul Munawarah yang merupakan markaskelompok pro Maulana Saad.“setelah terjadi perpecahan, markas provinsi di Masjid Muhammadan sempat tidak ada orangkarena sebagian besar jamaah ikut kelompok Maulana Saad. Yang tertinggal hanya penanggungjawab Masjid, dan orang-orang tua atau orang-orang lama di Jamaah tabligh” wawancaradengan S, 29 Agustus 2019.Dari kutipan wawancara di atas, dapat dipahami bahwa mayoritas Jamaah Tabligh diKota Padang setelah terjadi perpecahan banyak yang ikut kepada kelompok mereka yang ikut kepada Nizamuddin atau pro terhadap Maulana Saad adalahorang-orang yang belum lama bergabung terhadap Jamaah Tabligh. Sementara mereka yangikut kelompok Syuro Alami adalah orang-orang tua orang-orang lama, alim ulama yangtelah lama bergabung. Hal di atas dipertegas Sebagaimana wawancara penulis dengan salahseorang informan YM dari Syuro Alami“kebanyakan orang-orang yang ikut ke Syuro Alami ini adalah orang-orang lama, orang-orangtua, dan alim ulama sementara mereka yang ikut ke Jamaah Berok Nizamuddin, kebanyakanorang-orang muda yang baru bergabung dalam dakwah Tabligh wawancara dengan YM, 11 Juli2019.Bagi kelompok Syuro Alami di kota Padang kelompok Nizamuddin dianggap sebagaikelompok yang terlalu fanatik kepada Maulana Saad sebagaimana ungkap salah seoranginforman yang mengatakan“orang-orang yang di Berok Nizamuddin ini banyak yang terpengaruh karena sosok MaulanaSaad, harusnya dalam soal agama atau dakwah ini bukan soal banyaknya pengikut tapi soalkebenaran” wawancara dengan YM, 11 Juli 2019.Lantas hal tersebut pun mendapat respon oleh salah satu anggota dari kelompokNizamuddin yang mengungkapkan“Maulana Saad itu pemimpin kami, amir kami seorang yang alim. Beliau keturunan MuhammadIlyas pendiri Jamaah Tabligh, tentu kami Jamaah mengikutinya. Tapi orang-orang diMuhammadan kelompok syuro alami tidak setuju beliau menjadi amir pemimpin dunia JamaahTabligh. Awalnya mereka sangat menyanjung-nyanjung Maulana Saad tapi sejak kisruh masalahkepemimpinan ini pandangan mereka berubah terhadap Maulana Saad. Kami dituduh fanatik keulama, apa salahnya beliau keturunan Maulana Ilyas seorang alim hafiz 30 Juz, banyak hafalhadis seorang ulama besar. Beliau dituduh haus kekuasaan mengejar dunia, padahal menjadiamir itu tidak digaji, tidak mendapatkan apa-apa dunia apa yang beliau kejar” wawancaradengan H, 18 Agustus 2019.Maulana Saad adalah Cicit dari Maulana Ilyas pendiri Jamaah Tabligh. Artinya beliaumerupakan keturunan dari orang yang sangat dihormati dalam Jamaah Tabligh, oleh sebabitu Maulana Saad mempunyai pengaruh dan otoritas yang kuat dikarenakan nasabnyasampai kepada sosok pendiri Jamaah Tabligh. Ungkap salah seorang Jamaah Syuro Alamiyang mengatakan bahwa“Maulana Saad itu cucu dari Maulana Ilyas pendiri jamaah tabligh, masa kecil beliau diasuh olehBay Wahab. Semasa belajar, nama beliau selalu diagung-agungkan karena beliau keturunan daripendiri Jamaah Tabligh. Akhirnya karena selalu diperlakukan spesial, Maulana Saad merasaseperti mempunyai otoritas mutlak dalam jamaah” wawancara dengan S, 29 Agustus 2019.Kondisi yang terjadi di atas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Weber, bahwa konflikdiartikan sebagai suatu sistem otoritas atau sistem kekuasaan. Bagi Weber, kekuasaancenderung menaruh kepercayaan kepada kekuatan, sedangkan otoritas adalah kekuasaanyang dilegitimasikan, yaitu kekuasaan yang telah mendapat pengakuan umum. Senadadengan apa yang diungkapkan oleh Weber menurut Alison dan Walace kekuasaan tidakhanya merupakan sumber konflik, melainkan juga sebagai sesuatu yang bersifat juga seperti yang dikatakan Karl Marx bahwa tingkat ketidakmerataan distribusi 40 Muhammad AqilCopyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societysumber, terutama kekuasaan, merupakan determinan konflik kepentingan objektif diantaramereka yang memiliki kekuasaan dan yang tidak memiliki kekuasaan. Proposisi ini secaralangsung mengikuti asumsi Marx bahwa di dalam semua struktur sosial, distribusikekuasaan yang tidak merata pasti akan menimbulkan konflik kepentingan antara merekayang memiliki kekuasaan dan mereka yang tidak memiliki kekuasaan Wirawan, 2012.Tetapi bagi kelompok Syuro Alami, nasab tidak menjadi patokan sehingga mereka tidakmau mendukung Maulana Saad. Bagi mereka, Maulana Saad dianggap telah melenceng dariaturan-aturan dakwah yang dirintis oleh kakeknya Maulana Ilyas. Ungkap salah seoranginforman anggota Syuro Alami mengatakan“memang benar Maulana Saad nasabnya sampai kepada Maulana Ilyas, namun sanad amalbeliau tidak sampai kepada kakeknya karena terputus tidak pernah bertemu, jadi apa yangdibuat oleh beliau banyak yang ditambah-tambah seperti buku Muntakhab Hadist. dulunya bukuitu tidak ada, lalu dibuat oleh Maulana Saad sendiri” wawancara dengan YM, 11 Juli 2019.Jamaah Tabligh mempunyai beberapa kitab pedoman dalam berdakwah, diantaranyaFadhilah Amal yang dikarang oleh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi, danHayatus Sahabah yang merupakan kisah-kisah para sahabat. Namun setelah Maulana Saadmenulis kitab Muntakhab Hadist, kitab ini dijadikan pegangan pada saat pelaksanaan khurujoleh kelompok pendukung Maulana Saad. Bagi kelompok Syuro Alami, buku MuntakhabHadist dianggap banyak hadis dhoif. Namun bagi kelompok Nizamuddin, hal tersebut tidakmasalah karena hadis dhoif juga bagian dari hadis nabi. Bagi kelompok Nizamuddin hadis-hadis dalam kitab Muntakhab hadis hanya untuk dibaca bukan untuk diamalkan, hanyasekedar untuk menambah wawasan. Saat ini presentase pengikut dari kedua kelompok dikota Padang berkisar sekitar 70% pengikut Maulana Saad Nizamuddin, dan 30% kelompokSyuro Alami. Artinya, di Kota Padang jamaah Nizamuddin lebih besar dari pada jamaahSyuro Perbedaan antara Syuro Alami dan NizamuddinJamaah Tabligh di Kota Padang dalam masih tetap menjalankan kerja dakwah walaupuntelah terpecah menjadi dua markas. Malam markas dan musyawarah tetap dilaksanakansebagaimana biasanya, baik oleh kelompok Nizamuddin maupun Syuro Alami. Kegiatan tetapmereka laksanakan setiap senin dan kamis malam, tidak ada yang berubah pasca konflikterjadi. Di samping, itu pelaksanaan khuruj masih tetap berjalan normal dan pengirimanjamaah dari markas untuk melaksanakan dakwah ke daerah-daerah tetap berjalan sepertibiasa. Namun ada beberapa perbedaan antara Syuro Alami dan Nizamuddin dalammenjalankan kerja dakwah baik dari pelaksanaan khuruj dan beberapa pandangan merekaseputar pemahaman pandangan ini dapat dikatakan menjadi dasar terbentuknya konflik selain dariperebutan kursi pemimpin. Perbedaan pandangan ini terjadi ketika adanya beberapa fatwadari Maulana Saad yang dianggap kontroversial bagi kelompok Syuro Alami. Karena bagimereka, Maulana Saad dianggap telah melenceng dari aturan-aturan dakwah yang telahdirintis oleh Maulana Ilyas. Di samping itu, bagi Syuro Alami fatwa Maulana Saad jugadianggap berlawanan dari mayoritas pendapat jumhur ulama di Jamaah Tabligh. Hal inimenjadi cikal bakal ketidaksukaan para masyaikh terhadap Maulana Saad sehingga ketikaMaulana Saad menjadi amir, terjadi polarisasi yang keras antara pendukung Maulana Saaddan yang kontra terhadap Maulana Saad. Perbedaan-perbedaan mendasar antaraNizamuddin dan juga Syuro Alami yang menimbulkan perpecahan dalam tubuh JamaahTabligh akan dijelaskan secara lebih rinci melalui sub bab Ikhtilaf Penggunaan Telepon GenggamMaulana Saad mengeluarkan beberapa persepsi yang kontroversial berupa penggunaanTelepon Genggam HP berbasis android. Menurut beliau, orang yang ketika shalat membawaHP di dalam kantingnya, shalatnya tidak sah. Selai itu, membaca Al-Quran melalui HPandroid tidak mendapat pahala. Terkait pendapatnya ini, Maulana Saad mengungkapkan"Kamera berponsel di saku orang shalat tidak sah, dapatkan fatwa sebanyak yang kamu maudari ulama manapun, mendengarkan dan membanca Al-Quran dari HP yang berkameraadalah aib bagi Al Quran, tidak ada pahala padanya. Berdosalah orang yang melakukannya,tidak ada pahala yang didapat. Karena dengan demikian Allah akan mencabut seseorangdengan kemampuan mengamalkan Al-Quran. Ulama yang berfatwa membolehkan dalam halini, menurut saya mereka adalah ulama su’ buruk. Hati dan pikiran mereka telah Indonesian Journal of Religion and Society 2020, 02 01 41Copyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societyterpengaruh oleh orang Kristen dan Yahudi. Mereka adalah ulama yang sangat saya, ulama yang berfatwa membolehkan HP berkamera, hatinya tidak memilikikehebatan kalamullah. Saya mengatakan ini karena satu ulama besar berkata kepada saya“apa yang salah dengan itu” saya katakan bahwa hati ulama ini tidak memiliki kehebatanAllah, walaupun dia belajar hadis Bukhari, padahal orang non muslim-pun bisa mempelajarihadist Bukhari” Konsel, 2017.Bagi pengikut Maulana Saad, fatwa yang disampaikan tersebut mereka adalah hal yangwajar karena di dalam HP android banyak hal-hal yang mudharat. Misalnya, aplikasi yangada dalam HP tersebut terkadang memunculkan iklan wanita yang tidak menutup lagi penggunanya memiliki akun facebook yang di dalamnya tentu lebih banyakmenemukan iklan-iklan yang sepatutnya tidak boleh dilihat oleh para da’i. Di saat yangsama, HP juga digunakan untuk membaca hal ini adalah sesuatu yang tidakbaik. Oleh karena itu membaca ayat suci Al-Quran melalui HP adalah hal yang buruk dankurang berakhlak, sebab bagi mereka bagaimana mungkin ayat Al-Quran yang suci justrudibaca melalui benda yang di dalamnya banyak kekotoran dan salah satu wawancara yang penulis lakukan terhadap jamaah pro Saad, ada halyang menarik yang disampaikan terkait larangan membaca Al-Quran melalui HP. Merekamenganalogikan orang-orang yang membaca Al-Quran melalui HP itu sama saja seperti orangyang minum kopi melalui pispot.“membaca Al-Quran lewat HP tidak sah dan tidak mendatangkan pahala. Sebab, di dalam HP itubanyak mengandung mudharat. Ayat Al-Quran itu suci, perkataan Allah SWT diibaratkan, kalaukita membaca Al-Quran lewat HP, seolah-olah kita minum kopi di dalam pispot tempatmenampung air kencing. wawancara dengan IB, 21 Agustus 2019.Fatwa yang keluar dari Maulana Saad ini lantas mendapat respon dari jumhur ulama diIndia dan juga lembaga-lembaga keagamaan karena dianggap bertentangan dari pendapatmayoritas jumhur ulama dan juga para masyaikh Jamaah Tabligh. Bagi mereka, yangtergabung dalam kelompok Syuro Alami fatwa ini dianggap sikap ghuluww terlalu berlebih-lebihan dalam tabligh. Sebagaimana ungkap salah seorang anggota Syuro Alami dalam salahsatu wawancara“orang-orang Berok itu banyak yang sudah melenceng dari kesepakatan jumhur ulama,dakwahnya itu keras tidak jelas” wawancara dengan UT, 18 Agustus 2019.Oleh karena itu, sebagian dari para masyaikh dalam kelompok Syuro Alami ini tidakmenyetujui fatwa yang dikeluarkan oleh Maulana Saad. Artinya adalah kelompok syuro alamitidak mempermasalahkan status seseorang yang membaca Al-Quran melalui HP, apakahtidak mendapatkan pahala dan berdosa atau tidak. Yang jelas kelompok syuro alamimemperbolehkan seseorang yang membaca Al-Quran melalui Ikhtilaf Metode KhurujSudah menjadi rahasia umum bahwa yang membedakan Jamaah Tabligh dengan organisasikeagamaan dan aliran keagamaan lain yang ada di Indonesia adalah metode dakwah yangmereka lakukan. Metode dakwah ini terbilang unik dibandingkan dengan metode dakwahorganisasi keagamaan lain. Jemaah Tabligh memiliki metode dakwah yang mereka sebutdengan istilah berarti keluar berdakwah di jalan Allah dengan carameninggalkan keluarga, anak, istri, pekerjaan, menuju ke segala penjuru dunia, menemuiumat Islam lainnya dan mengajak mereka beramar ma’ruf nahi munkar sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah Kamaruddin, 2010. Basanya dalam proses pelaksanaan khuruj, adakegiatan berkeliling-keliling atau jaulah ke rumah-rumah warga dan kedai-kedai serta ketempat-tempat dimanapun warga berkumpul. Di tempat-tempat tersebut mereka akanberdakwah, berbicara tentang iman, amal dan adab-adab yang sesuai tuntunan RasulullahSAW serta mengajak masyarakat untuk selalu meramaikan Masjid Kamaruddin, 2010.Namun setelah terjadi konflik, ada perbedaan antara Syuro Alami dan Nizamuddin seputarteknis pelaksanaan kelompok Syuro Alami, dakwah bisa dilakukan dimana saja baik itu di rumah dikedai-kedai dan di tempat-tempat manapun, tidak hanya di Masjid. Namun bagi kelompokNizamuddin, dakwah hanya bisa dilaksanakan di Masjid. Teknisnya, pada saat pelaksanaankhuruj mereka tetap mengunjungi rumah-rumah warga, namun pada saat berbincang-bincang dengan warga mereka terlebih dahulu mengajak warga untuk datang ke Masjid barusetelah itu di dalam Masjid didakwahkan tentang iman, amal dan adab yang sesuai tuntunanrasul. Maulana Saad sendiri pernah mengeluarkan fatwa bahwa beliau menolak dakwah di 42 Muhammad AqilCopyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societytempat umum, dan mengkhususkan dakwah hanya di dalam Masjid. Beliau menegaskanbahwa dakwah di luar Masjid adalah menyalahi sunnah. Salah satu informan yangmerupakan anggota Syuro Alami juga membenarkan hal tersebut dengan mengatakan bahwa“Dakwah di dalam syuro Alami itu lebih mudah datang ke rumah-rumah, ke kadai-kedai danmemberi nasehat kebenaran, tapi dari pihak Maulana Saad mengajak orang datang ke Masjidsetelah itu baru didakwahkan, cara yang begini lebih berat, dakwahnya beresiko tinggi”wawancara dengan YM, 11 Juli 2019.Selain perbedaan prinsip berdakwah, perbedaan juga terlihat pada kitab pegangan yangdibawa pada saat pelaksanaan khuruj. Jamaah Tabligh, sebelum terpecah memiliki kitabyang wajib dibawa saat pelaksanaan khuruj, yaitu kitab Fadhilah Amal. Selama khurujjamaah akan membaca kitab Fadhilah Amal secara bergantian dan yang lainnyamendengarkan, tujuannya adalah sebagai motivasi bagi karkun juru dakwah. Hal inidilakukan karena di dalamnya berisi keutamaan shalat, keutamaan dakwah, keutamaanzikir dan kisah-kisah para Semenjak Maulana Saad menulis dan membukukan kitab Muntakhab Hadis,kitab ini wajib dibawa saat pelaksanaan khuruj oleh pendukung Maulana Saad, yang padaakhirnya merubah aturan-aturan yang dilaksanakan saat khuruj karena biasanya kitab yangdibawa hanya kitab Fadhilah Amal. Sebagaimana ungkap salah seorang informan yangmerupakan anggota Syuro Alami“Maulana Saad telah membuat kitab Muntakhab Hadis yang di dalamnya hanya berisi hadissaja tidak ada penjelasan dari hadis itu, sehingga kitab ini banyak ditentang oleh paramasyaikh” wawancara dengan YM, 11 Juli 2019.Namun Kelompok Nizamuddin membantah hal tersebut dan menegaskan bahwa hadis-hadis dalam kitab Muntakhab Hadist sebenarnya dihimpun oleh Maulana Yusuf kemudianditulis kembali secara sistematis oleh Maulana Saad, kerena Maulana Yusuf tidak sempatmenerbitkan kitab tersebut. Dalam sejarahnya, setelah Maulana Yusuf meninggal kitab inidisimpan oleh Maulana Inamul Hasan, kemudian setelah Mualana Inamul Hasan meninggalkitab ini diberikan kepada cucu Maulana Yusuf, yaitu Maulana Saad. Karena kitab tersebutdisimpan oleh Maulana Saad akhirnya beliau menelaah kitabnya dan menyusun kembaliagar lebih sistematis. Sebagaimana ungkap salah seorang informan yang merupakan anggotakelompok Nizamuddin“kitab Muntakhab Hadis itu sebenarnya hadis-hadis di dalamnya dikumpulkan olehMaulana Yusuf, kemudian ditulis ulang kembali oleh Maulana Saad” wawancaradengan H, 18 Agustus 2019Pernyataan ini menjadi sebuah bantahan dari Nizamuddin kepada Syuro Alami karenaselama ini mereka menuduh kitab ini adalah buatan dari Maulana Saad sendiri padahalsebenarnya tidak. Kejadian ini tentu menjadi kontroversial, sebab bagi para masyaikh darisyuro alami kitab ini dianggap banyak hadis dhaif di dalamnya serta tidak ada penjelasandari hadis-hadis tersebut. Maka dari itu tentu kelompok syuro alami akan menolak kitab inidibawa saat pelaksanaan DiskusiGaltung merumuskan konflik dalam bentuk segitiga yang disebut ABC Triangle. ABC Triangledalam segitiga konflik Galtung merupakan urutan terbentuknya konflik, yang terdiri atasAttitudes A, Behavior B dan Contradiction Galtung, 2003. Menurut Galtung Attitudesmencakup asumsi, kognisi dan emosi yang dimiliki satu pihak terhadap pihak lain. Attitudesberarti adanya penolakan terhadap superioritas pihak lain. Jika dikaitkan dengan konflikJamaah Tabligh penolakan terhadap superioritas terletak pada kelompok Syuro Alami yangmenolak superioritas kelompok Maulana Saad dan para pendukungnya. Penolakan ini terjadikarena mereka mendeklarasikan Maulana Saad sebagai amir. Sikap ini tentunya akanmelahirkan emosi yang negatif dari satu pihak terhadap pihak lain. Misalnya, mulaimunculnya rasa ketidaksukaan terhadap Maulana Saad dan para pendukungnya. Begitupunsebaliknya para pendukung Maulana Saad mulai memunculkan sikap atau kesan yangnegatif terhadap kelompok yang tidak suka terhadap Maulana yang kedua dalam segitiga konflik adalah Behavior yang mencakup mental,ekspresi verbal atau fisik yang timbul dalam konflik. Tindakan kekerasan, sikap penghinaandan sikap tidak hormat merupakan bentuk-bentuk Behavior dalam konflik. Behavior yangtimbul dalam kasus konflik Jamaah Tabligh di Kota Padang hanya sebatas p ada ekspresi Indonesian Journal of Religion and Society 2020, 02 01 43Copyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societyverbal, tidak sampai pada kekerasan fisik. Artinya konflik yang muncul hanya merupakanperdebatan antar kedua kelompok. Perdebatan yang muncul diantara kedua kelompok tidakhanya sekedar perdebatan biasa, namun tidak jarang juga sering terjadi ekspresi verbalberupa penghinaan dan sikap tidak hormat diantara para Jamaah. Misalnya saja sebuahstatement dari kelompok pro Maulana Saad bahwa kelompok Syuro Alami di Kota Padangmerupakan pengikut Syiah. Kemudian kelompok Syuro Alami itu ibarat kelompok yangbuang kotoran di atas belanga mereka sendiri sebab Jamaah ini dulunya satu pula kelompok syuro alami yang juga melemparkan ststement yang berkonotasinegatif terhadap kelompok Nizamuddin seperti mereka mengatakan pendukung MaulanaSaad merupakan kelompok Saadiyah, sebab mereka hanya taklid buta terhadap MaulanaSaad dan tidak peduli apakah Maulana Saad itu salah atau diapresiasi bahwa Behavior yang muncul dalam konflik Jamaah Tabligh di kotaPadang tidak sampai pada serangan atau ekspresi fisik. Konflik yang terjadi hanya terbataspada konflik verbal dan puncaknya terjadi saat pendukung Maulana Saad keluar secarabesar-besaran dari markas provinsi, dan pindah ke markas baru yang hanya diperuntukkanbagi pendukung Maulana Saad. Bagi kelompok Nizamuddin maupun Syuro Alami, menurutmereka saat ini Jamaah Tabligh sudah tidak bisa disatukan sebab adanya perbedaan-perbedaan mendasar diantara kedua kelompok yang menyebabkan mereka harus komponen yang ketiga adalah Contradiction, yaitu perbedaan tujuan antarapihak yang bertikai. Perbedaan antara kedua kelompok Jamaah Tabligh ini bisa dilihat padasistem musyawarah. Bagi kelompok Nizamuddin, sistem musyawarah hanya diputuskan olehamir tunggal yang ditunjuk sebagai faisalah atau pemutus musyawarah. Status Jamaahyang ditunjuk sebagai faisalah akan seterusnya berlaku, artinya adalah status faisalah tidakhanya berlaku dalam satu kali musyawarah saja tetapi di setiap jalannya musyawarah. Makajamaah yang ditunjuk sebagai faisalah secara otomatis akan menjadi amir dakwah Syuro Alami menentang sistem yang seperti ini, bagi syuro alami faisalah harusditunjuk secara berganti-gantian dalam setiap musyawarah dari beberapa orang yangditunjuk sebagai syuro. Dalam kelompok syuro alami tidak ada amir yang hanya ada sistemsyuro, jadi orang-orang yang masuk ke dalam keanggotaan syuro secara bergantian akanmemimpin jalannya musyawarah. Maka dari itu status mereka yang menjadi faisalah hanyaberlaku di setiap satu kali musyawarah, tidak di setiap musyawarah, karena di musyawarahselanjutnya akan ditunjuk kembali faisalah dari anggota yang selanjutnya timbul dari prinsip keagamaan, yaitu perbedaan dalammasalah membaca Al-Quran melalui HP dan perbedaan seputar metode khuruj. Unsur-unsurdalam segitiga konflik ini yang terdiri dari Attitudes, Behavior, dan Contradiction menurutGaltung dapat berfungsi untuk mengidentifikasi penyebab atau faktor timbulnya yang telah dijelaskan di atas, bahwa ketiga komponen tersebut muncul dalamkonflik Jamaah Tabligh. Demikianlah menurut Galtung dari teori segitiga konflik yangdicetuskannya, bahwa komponen-komponen tersebut harus muncul dalam sebuah KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas, dapat ditarik sebuahkesimpulan bahwa awal mula pecahnya Jamaah Tabligh berasal dari markas pusat diNizamuddin India. Perpecahan tersebut disebabkan karena perbedaan pandangan dalammemutuskan amir. Konflik mulai terjadi ketika Maulana Saad diangkat seba gai amir,kelompok yang kontra melakukan perlawanan karena Maulana Saad dianggapmemutuskan secara sepihak. Di saat itulah Jamaah Tabligh terbelah menjadi duakelompok, yaitu kelompok Nizamuddin pihak pendukung Maulana Saad dan kelompokSyuro Alami pihak penentang Maulana Saad. Konflik dari pusat menjalar sampai keIndonesia dan kota Padang. Setelah konflik, Jamaah Tabligh di Padang terbagi dalam duakelompok, yaitu Syuro Alami yang bermarkas di Masjid Muhammadan Pondok KotaPadang, serta kelompok Nizamuddin yang bermarkas di Masjid Madinatul MunawarahBerok Kota dasarnya, konflik yang terjadi pada Jamaah Tabligh sendiri tidak jauh berbedadengan konflik-konflik di tempat lain, baik itu konflik internal organisasi maupun konfliksatu organisasi dengan organisasi yang lain. Biasanya konflik diawali dengan kontradiksisetelah itu muncul perubahan attitude dan ada aksi behavior. Sebagaimana Galtungmengungkapkan dalam teorinya bahwa ketiga komponen ini harus muncul dalam konfliktotal. Adapun attitude yang ditemukan dalam konflik Jamaah Tabligh adalah adanya 44 Muhammad AqilCopyright © 2020, Indonesian Journal of Religion and Societypenolakan salah satu kelompok terhadap kelompok lain yang memiliki superioritas .Penolakan ini membentuk emosi yang terkesan negatif diantara kedua kelompok, yakniNizamuddin dan Syuro Alami. Kemudian behavior yang muncul dalam konflik JamaahTabligh hanya sebatas pada ekspresi verbal, tidak sampai pada ekspresi fisik. Artinya,konflik hanya terbatas pada adu mulut semata, tidak mengarah pada perusakan ataupenyerangan secara fisik. Dan yang terakhir adalah contradiction. Kontradiksi dalamJamaah Tabligh terletak pada perbedaan seputar sistem musyawarah dan kelompok syuro alami, mereka lebih setuju sistem kologial yang diterapkan dalamJamaah Tabligh, sementara bagi kelompok Nizamuddin mereka lebih setuju sistemkeamiran pemimpin tunggal yang diterapkan dalam Jamaah Tabligh. Selain itu ,contradiction yang muncul juga menyentuh ranah pemikiran keagamaan seperti statusseseorang membaca Al-Quran melalui HP dan perbedaan dalam metode Nizamuddin meyakini bahwa seseorang yang membaca Al-Quran melalui HPbacaanya tidak akan mendapat pahala dan tidak sah, dan dakwah menurut mereka hanyaboleh dilaksanakan di Masjid. Sementara kelompok Syuro Alami menentang hal itu, bagimereka dakwah boleh dilakukan dimana saja dan membaca Al -Quran melalui HPhukumnya boleh dan bacaannya tetap Conflicts of InterestPenulis menyatakan tidak memiliki conflict of interest antara penulis dengan subjekpenelitian dalam penulisan artikel PustakaGaltung, J. 2003. Studi Perdamian Perdamian dan Konflik Pembangunan dan Peradaban,terj Asnawi dan Safruddin,. Surabaya Surabaya G. N. P. B. 2014. Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik AntaraMasyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali 1962-2012. Jurnal Analisis HubunganInternasional,33.Junaedi, D. 2013. Memahami Teks, Melahirkan Konteks Menelisik Inte rpretasi IdeologisJamaah Tabligh. Journal of Qur’an and Hadith Studies,21, 1– S. A. 2010. Jamaah Tabligh. Jakarta Gaung Persada M. 2017. Seberkas cahaya dari H. 2002. Resolusi Damai Konflik Kontemporer Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola,dan Mengubah Konflik bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, terj Tri Budhi Sastrio, .Jakarta Jakarta RajaGrafindo M. B., & Huberman, A. M. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber TentangMetode-Metode Baru. Jakarta. UI ahli syuro dan para jumidar. 2018. Mudzakarah Enam Sifat U. 2014. Model Komunikasi Dakwah Jamaah Tabligh. Ilmu Dakwah AcademicJournal for Homiletic Studies,414, 657– 2019. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung M. K. 2019. Jamaah Tabligh Salafi Van 2015. Perkembangan jamaah tabligh di wilayah yogyakarta. ProsidingInterdisciplinary Postgraduate Student Conference 1st Program Pascasarjana UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta PPs UMY, 12– Hasanah. 2014. Keberadaan Kelompok Jamaah Tabligh dan Reaksi MasyarakatPerspektif Teori Penyebaran Informasi dan Pengaruh. Indo-Islamika,41, 21– I. B. 2012. Teori-Teori Sosial dalam tiga paradigma fakta sosial, definisi sosialdan perilaku sosial,. Jakarta Jakarta Kencana Prenada Media 2015. Perkembangan Jamaah Tabligh d i Kota Padang”, Ilmu sejarah UniversitasAndalas Padang. Ilmu Sejarah Universitas Andalas Padang, 10– M. 2015. Prinsip Ikram Al-Muslim Gerakan Dakwah Jamaah Tabligh dalamMembangun Masyarakat Religius di Temboro Magetan. Islamica Jurnal StudiKeislaman,102, 300–301. -324 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this YusufThis article explores the Dawah Movement of Jamaah Tabligh in building religious community in Temboro Magetan. One one of the main teachings is the principle of ikrâm al-Muslim honoring and respecting every Muslim. The principle makes the missionary movement acceptable to the Muslim community widely. This principle is really important for the creation of the unity of the Muslims in the name of ukhuwwah Islâmîyah Islamic brotherhood. This principle prohibits a believer to guestion the religious stream, political choice, position, and social status and background of the individual community of individual Muslims. The principle eventually enables the tabligh community to adapt to different environments and preaching fileds in building religious community. Initially, people did not respond the tabligh mission in Temboro, but it did not dampen the spirit of tablighis to preach. They remain persistent and patient in fighting for the truth of Islam. Their goal is to liven the passion of high JunaediThe dialectical process between the Qur’an, Hadith and other religious texts with reality will produce a variety of interpretations. This diversity of interpretations within different kinds of approaches theological, legal, mystical, social, political, economical as well as various other points, in turn will present a discourse in the domain of thought, as well as practical measures in social realities. In this article, the author analyzes the theological and legal interpretation of Jamaah Tabligh. He also discusses a number of concepts which was arisen from their readings of a number of verses in the Qur’an and HasanahJamaah Tabligh is a transnational preaching movement that originated in India. The movement was introduced to Indonesia in 1970s and established Masjid Jami’ in Kebon Jeruk Jakarta as its headquarters. The members of Jamaah Tabligh referred to kitab Fadailul A’mal which teaches innovations in Islamic propagations. Some of their preaching traditions included outdoor preaching khuruj dan khillah and the method to invite people to do good deeds Jaulah. They have Amir as their leader and use the mosque as their center of da’wa activities. Using Diffusion of Information and Influence Theory, the article discusses the existence of the Jamaah Tabligh community and the public’s responses toward the Perdamian Perdamian dan Konflik Pembangunan dan Peradaban, terj Asnawi dan SafruddinJ Daftar Pustaka GaltungDaftar Pustaka Galtung, J. 2003. Studi Perdamian Perdamian dan Konflik Pembangunan dan Peradaban, terj Asnawi dan Safruddin,. Surabaya Surabaya N P B GatiGati, G. N. P. B. 2014. Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali 1962-2012. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 33.Seberkas cahaya dari nizamuddinM KonselKonsel, M. 2017. Seberkas cahaya dari Damai Konflik Kontemporer MenyelesaikanH MiallMiall, H. 2002. Resolusi Damai Konflik Kontemporer Menyelesaikan, Mencegah, Mengelola, dan Mengubah Konflik bersumber Politik, Sosial, Agama dan Ras, terj Tri Budhi Sastrio,. Jakarta Jakarta RajaGrafindo Enam Sifat SahabatMusyawarahMusyawarah ahli syuro dan para jumidar. 2018. Mudzakarah Enam Sifat Sahabat. Jakarta Komunikasi Dakwah Jamaah TablighU SaepulohSaepuloh, U. 2014. Model Komunikasi Dakwah Jamaah Tabligh. Ilmu Dakwah Academic Journal for Homiletic Studies, 414, Penelitian Kualitatif KuantitatifSugiyonoSugiyono. 2019. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif. Bandung Alfabeta. Syeirazi, M. K. 2019. Jamaah Tabligh Salafi Van India.
The characteristics of the Jama'ah Tabligh propagation movement are: pure and authentic (dzâtiyyâh), which is authentic as Jama'ah Tabligh is a missionary movement that has the concept of movement with the method of da'wah and tabligh.
INILAHPANDANGAN JAMAAH TABLIGH TENTANG JIHAD. Mufti Luthfi al-banjary katakan : Ketika seseorang mengucapkan syahadat maka ia menyadari bahwa dirinya sudah berjanji di hadapan Allah, bahwa dia akan sungguh² menjalankan agama ini. Perintah yang paling berat di kota mekah bagi sahabat adalah agar mereka dapat menahan diri mereka dari
. 31 52 242 31 352 327 421 66
doa musyawarah jama ah tabligh